Kegiatan industri penyamakan kulit sekitar daerah aliran Sungai Opak berpotensi meningkatkan pencemaran Sungai Opak akibat belum efektifnya pengolahan limbah cair yang berakhir pada pembuangan ke badan air. Logam kromium dalam bentuk kromium heksavalen yang terdapat dalam limbah cair industri penyamakan kulit dapat terakumulasi dalam tanaman padi yang ditanam di area persawahan yang memanfaatkan air Sungai Opak sebagai sumber irigasi, termasuk persawahan di Kecamatan Pleret. Kromium heksavalen yang terakumulasi dalam beras dapat menyebabkan gangguan kesehatan orang yang mengkonsumsi beras tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar kromium heksavalen yang terdapat dalam beras yang dihasilkan dari area persawahan di Kecamatan Pleret, dan mempelajari risiko kesehatan yang diakibatkan pola konsumsi beras yang tercemar kromium heksavalen. Penelitian menggunakan 60 sampel beras yang dihasilkan dari persawahan di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul yang mendapatkan aliran irigasi dari Sungai Opak. Analisis kandungan kromium heksavalen dalam sampel dilakukan dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi kromium heksavalen dalam beras berada pada kisaran 0,072-0,667 mg/kg dengan rerata konsentrasi 0,251 mg/kg. Laju asupan kromium di Kecamatan Pleret masih berada di bawah ambang batas berdasarkan standar US EPA. Tingkat risiko kesehatan non karsinogenik masih terbilang aman dengan nilai RQ < 1. Nilai Excess Cancer Risk (ECR) dalam penelitian ini menunjukkan pajanan kromium heksavalen berpotensi menjadi kasus kanker.
CITATION STYLE
Miyenfa, A., Rahardjo, D., & Krismono. (2023). Analisis Risiko Kesehatan Kromium Yang Terkandung Dalam Beras Dari Area Persawahan Kecamatan Pleret. SCISCITATIO, 4(1), 39–49. https://doi.org/10.21460/sciscitatio.2023.41.114
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.