Ergonomi Kognitif mempelajari kognisi dalam pengaturan kerja dan operasional untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem. Kecerdasan Buatan mengoptimalisasikan banyak pekerjaan, meningkatkan efesiensi dan mengurangi biaya produksi serta meningkatkan produktivitas. Namun dibalik manfaat kecerdasan buatan tersimpan ancaman nyata yang berbahaya bagi kehidupan manusia. Eksistensi kecerdasan buatan pada dasarnya merupakan sebuah tool atau “alat” untuk memudahkan segala aktivitas manusia, bukan sebagai replacement atau pengganti manusia. Dengan adanya kecerdasan buatan bukan berarti eksistensi manusia menjadi terdegradasi, bahkan mungkin akan semakin dibutuhkan. Karena cara kerja kecerdasan buatan ini sendiri juga tetap membutuhkan operasional manusia. Filsafat akal tidak mengetahui apakah sebuah mesin dapat memiliki cita, kesadaraan, dan tataran batin, dalam pengertian yang sama seperti manusia. Komputasionalisme adalah posisi dalam filosofi pikiran bahwa manusia adalah sistem pemrosesan informasi dan berpikir adalah bentuk komputasi. Komputasionalisme berpendapat bahwa hubungan antara pikiran dan tubuh mirip atau identik dengan hubungan antara perangkat lunak dan perangkat keras dan dengan demikian dapat menjadi solusi untuk masalah pikiran-tubuh. Jika sebuah mesin memiliki pikiran dan pengalaman subjektif, maka ia mungkin juga memiliki perasaan (kemampuan untuk merasakan), jika demikian ia juga dapat menderita, dan karena itu berhak pula atas hak-hak tertentu.
CITATION STYLE
Jati Jatmika, B., & Amalia, K. (2024). Peran Ergonomi Kognitif Dalam Mengatasi Ancaman Kecerdasan Buatan Terhadap Eksistensi Manusia. Jurnal Ilmu Sosial Humaniora Indonesia, 3(2), 69–82. https://doi.org/10.52436/1.jishi.120
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.