Pengembangan kemampuan berpikir matematis menjadi modal dasar dalam konteks pembelajaran yang bermaknasaat ini. Pembelajaran abad 21 menggeser paradigma yang secara umum memberikan ruang gerak lebih luas pada aspek perkembangan dan tugas belajar siswa sebagai subjek pembelajaran. Konteks tersebut muncul sebagai implikasi dari pengembangan high order thinking skill yang perlu dioptimalkan dalam proses pembelajaran sebagaimana prinsip-prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013. Tujuan penulisan ini untuk memaparkan konsep dan prinsip yang dapat dikembangkan terkait kemampuan berpikir matematis. Prinsip- prinsip pembelajaran abad 21 juga menjadi dasar pijakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam proses benchmarking perubahan dan pengembangan kurikulum yang akan diterapkan. Kemampuan berpikir matematis diidentifikasi dalam 5 komponen, antara lain: (1) pemahaman matematika; (2) pemecahan masalah matematik; (3) penalaran matematik; (4) koneksi matematik; (5) komunikasi matematik. Berafiliasi pada kelima komponen yang saling berhubungan tersebut, proses pembelajaran yang bermuara pada pembelajaran abad 21 dapat seiring sejalan dalam mewujudkannya. Pengembangan materi dan proses pembelajaran yang berafiliasi pada aspek dan perkembangan siswa menjadi landasan dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan yang bermuara pada proses pembelajaran di kelas. Hasil analisis konten berdasarkan kajian teoretik menunjukkan adanya keselarasan antara pengembangan kemampuan berpikir matematis dengan konteks pembelajaran abad 21 yang menuntut adanya pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi bagi siswa khususnya di SD.
CITATION STYLE
Fajri, M. (2017). KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN ABAD 21 DI SEKOLAH DASAR. Jurnal LEMMA, 3(1). https://doi.org/10.22202/jl.2017.v3i1.1884
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.