Tanaman kelor (Moringa Oleifera Lam.) telah lama dibudidayakan masyarakat Muna di Pulau Muna dan dijadikan sebagai pangan bahan sayur. Tujuan artikel ini adalah untuk mengungkapkan keberadaan kelor terhadap masyarakat Muna yang bermigrasi di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Teori untuk membaca data adalah pemikiran Foucault tentang wacana. Hasil penelitian, Orang Muna yang bermigrasi gunung Jati Kota Kendari masih membudidayakan kelor. Sedangkan orang Muna yang bermigrasi di Desa Ulunese Kecamatan Kolono Timur tidak lagi membudidayakan kelor karena alamnya kurang mendukung. Akibatnya, pengetahuan dan keterampilan tradisional membudidayakan dan memanfaatkan kelor ikut menghilang. Tanaman kelor secara ilmiah telah terbukti mengandung nutrisi yang bergizi tinggi. Salah satunya yaitu untuk mengatasi malnutrisi pada balita, dapat meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri. Kekinian, kelor telah dikonsumsi oleh suku-suku bangsa lain seperti Suku Tolaki, Bugis, Bajo, Moronene, dan Jawa. Idealnya, kondisi tersebut merupakan peluang ekonomi bagi masyarakat Muna. Namun dalam kenyataan di Kelurahan Gunung Jati Kota Kendari, kelor hanya untuk konsumsi keluarga dan tidak membuat mereka membudidayakan kelor lebih luas lagi. Demikian pula orang Muna di Desa Ulunese tidak berupaya membudidayakan kelor untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Potensi tanaman kelor dapat dikembangkan jika pihak pemerintah memberikan penyuluhan mengenai peluang ekonomi kelor.
CITATION STYLE
Sifatu, W. O., Hasniah, H., Hartini, H., Ruwiyah, R., & Sofyani, W. O. W. (2022). Orang Muna di Jazirah Tenggara Pulau Sulaweso dan Pohon Kelor. Jurnal Agrimanex: Agribusiness, Rural Management, and Development Extension, 2(2). https://doi.org/10.35706/agrimanex.v2i2.6616
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.