Studi ini bertujuan menggambarkan prosesi adat turunmani pada masyarakat Gayo. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam mengungkapkan simbol-simbol dan makna adat pada acara kelahiran. Teknik pengumpulan data antara lain wawancara, observasi, dan studi dokumen. Temuan lapangan menunjukkan bahwa prosesi turunmani melandasi perwujudan ikatan sudêrê dan solidaritas kampung. Ketika prosesi turunmani dilakukan sebenarnya ada konsekuensi yang mengikutinya, yaitu status bayi tersebut menjadi anak Rêjê dan masyarakat kampung. Dengan demikian, orang dewasa memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam proses pendidikan anak-anak di kampung tersebut. Namun realitas ini tidak lagi sepenuhnya dimengerti oleh sebagian besar warga. Hal itu acapkali menjadi katalis konflik yang mendorong banyak keluarga pada saat ini lebih memilih untuk mengurus urusan keluarga masing-masing dalam rangka menghindari keributan dengan keluarga lain di kampung tersebut. Hal itu berdampak secara luas terhadap jalinan relasi sosial pada masyarakat kampung. Ikatan kekerabatan dan solidaritas sosial semakin lemah. Di sisi lain, individualitas semakin kuat yang tercermin pada maraknya budaya pesta yang memboncengi prosesi sintê môrep.
CITATION STYLE
Setia Bakti, I., & Anismar. (2022). Prosesi Turunmani (Kelahiran) dan Rekonstruksi Solidaritas Pada Masyarakat Gayo. Al-Hikmah Media Dakwah, Komunikasi, Sosial Dan Kebudayaan, 13(1), 1–10. https://doi.org/10.32505/hikmah.v13i1.3319
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.