Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan bagaimana perguruan tinggi berperan dalam membina calon pemimpin masa depan yang pro terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Penelitian ini mengoperasikan metode deskriptif dan melibatkan 73 responden dari 8 fakultas yang ada di Universitas Negeri Semarang. Data dikumpulkan dengan teknik survey dan wawancara. Analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masih ada mahasiswa yang meragukan wacana radikalisme di kampus. Radikalisme masih dinilai sebagai propaganda negara yang bermakna bias. Dibutuhkan dialog interfaith bertema isu-isu keberagaman dan pencarian titik temunya. Hal itu bisa diupayakan melalui kegiatan bela negara bagi mahasiswa. Bela negara yang digagas yaitu kegiatan yang membiasakan mahasiswa terhadap perbedaan; etnis dan agama. Usulan ide ini mendapatkan apresiasi positif dari mahasiswa. Melalui kegiatan itu karakter mahasiswa yang pro terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan diperkuat dan mendapatkan hasil yang cukup positif. Dapat disimpulkan bahwa kampus dapat menjadi arena untuk membangun pola pikir dan keberpihakan mahasiswa pada kemanusiaan dan kebangsaan, serta meyakinkan mereka bahwa ancaman terhadap keberagaman itu nyata, seperti halnya radikalisme yang saat ini sedang berkembang dan mengganggu stabilitas negara.
CITATION STYLE
Amin, S., & Kurniawan, G. F. (2022). Radikalisme dan Tantangan Perguruan Tinggi. Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series, 5(3), 90. https://doi.org/10.20961/shes.v5i3.59323
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.