Cirata merupakan nama waduk terbesar di Jawa Barat yang memiliki fungsi utama sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) untuk pasokan listrik wilayah pulau Jawa dan Bali. Selain menyediakan pasokan listrik, waduk ini dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya keramba jaring apung (KJA), transportasi dan pariwisata. Aktivitas di perairan waduk yang melebihi daya dukung lingkungan menimbulkan permasalahan tersendiri yang dapat mengancam status keberlanjutan waduk sebagai PLTA maupun sebagai perairan umum daratan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan waduk yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status keberlanjutan waduk dan keberlanjutan budidaya KJA dalam multidimensi keberlanjutan (ekologi, ekonomi dan sosial) dengan menggunakan analisis multidimentional scaling dengan alat analisis Rapid Appraisal for Fisheries Status (Rapfish), kemudian dilakukan analisis sensitivitas dan ketidakpastian menggunakan analisis Monte Carlo dan Leverage. Berdasarkan hasil penelitian status keberlanjutan waduk dan budidaya KJA termasuk dalam status kurang berkelanjutan. Status keberlanjutan Waduk Cirata lebih baik dari status keberlanjutan budidaya KJA yang terdapat di perairan waduk, hal ini dapat dilihat dari nilai indeks keberlanjutan budidaya KJA yang cenderung lebih besar. Atribut-atribut yang sensitif memerlukan respon kebijakan yang tepat demi terwujudnya pengelolaan waduk yang berkelanjutan. Kondisi keberlanjutan waduk dan budidaya KJA sangat mempengaruhi satu sama lain, yang artinya kondisi buruk salah satu elemen keberlanjutan akan menghambat terwujudnya keberlanjutan yang lainnya.
CITATION STYLE
Hidayat, A., Annisa, Z., & Gandhi, P. (2017). KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI, SOSIAL, EKONOMI WADUK DAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA. RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN: Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian Dan Lingkungan, 3(3), 174. https://doi.org/10.20957/jkebijakan.v3i3.16250
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.