Tulisan ini menyajikan hasil analisis, survey dan wawancara dengan petani di Kabupaten Indramayu terkait dengan kejadian kekeringan. Klasifikasi dan peta tingkat endemik kekeringan dianalisis berdasarkan plot antara anomali luas kekeringan dan anomali frekuensi kejadian kekeringan. Berdasarkan survey di Kabupaten Indramayu, kekeringan menjadi penyebab utama gagal panen (79,8%). Kekeringan paling sering terjadi selama 6 bulan dan bulan Juni adalah bulan yang dominan terjadi kekeringan. Sebaran rata-rata luas kekeringan per kecamatan adalah 26 Ha sampai dengan 1602,5 Ha, dengan rata-rata 406 Ha/per kecamatan. Jumlah kejadian kekeringan berkisar antara 1-9 kejadian dan rata-rata 4 kejadian kekeringan dalam kurun waktu 2005-2011. Peta endemik kekeringan menghasilkan sebaran wilayah dengan klasifikasi endemik kekeringan tinggi, agak tinggi, agak rendah dan rendah. Beberapa pilihan teknologi untuk pengelolaan risiko iklim diusulkan dalam penelitian ini berdasarkan peta endemik kekeringan, karakteristik dan diskripsi setiap wilayah. Wilayah endemik tinggi merupakan prioritas pertama penanganan apabila terjadi bencana kekeringan. Pada wilayah ini dapat diterapkan teknik irigasi bergilir teratur, penggunaan varietas sangat genjah dan toleran kekeringan. Untuk sawah tadah hujan digunakan padi gogorancah pada MH dan walik jerami pada MK, pergiliran varietas dan pengaturan pola tanam.
CITATION STYLE
Estiningtyas, W., Boer, R., Las, I., & Buono, A. (2012). IDENTIFIKASI DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM DI KABUPATEN INDRAMAYU. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 13(1). https://doi.org/10.31172/jmg.v13i1.114
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.