REVITALISASI BANGUNAN TAMAN FESTIVAL BALI DI PADANG GALAK MELALUI PENDEKATAN URBAN ACUPUNCTURE

  • Dewi F
  • Tjandra A
N/ACitations
Citations of this article
5Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

The existence of a tourist cultural center is essential for the Balinese people. Bali is known to the world through culture as the most dominant attraction. Balinese people and tourists have an attachment to Balinese culture and natural elements that cannot be found anywhere else. In Bali, precisely in Padang Galak, tourism culture can only be seen twice a year, so this area is challenging to get the attention of tourists on weekdays, which causes Padang Galak to look close. On the one hand, Padang Galak, historically known as a tourism center, has now disappeared and is known as a mystical area due to the many buildings that have been degraded and abandoned by their owners, one of which is the Bali Festival Park which is the largest festival park in Bali. The research method used is descriptive qualitative research and also through contextual and urban acupuncture approaches and carries the Tri Mandala concept. The results of the research are effort to revive the Bali Festival Park building through revitalization by connecting and creating harmony between the project and the environment, old and new, and the history of the present and the future through more flexible functions. In this way, Bali Festival Park and Padang Galak will find their way and dispel the mythical rumors circulating so that they can restore their tourism identity. Keywords:  Bali Festival Park; Contextual; Revitalization; Tourism; Urban Acupuncture Abstrak Keberadaan pusat kebudayaan pariwisata sangatlah penting bagi masyarakat Bali, hal ini dikarenakan Bali dikenal oleh dunia melalui kebudayaan sebagai daya tarik yang paling dominan. Pada dasarnya masyarakat Bali dan wisatawan memiliki keterikatan pada kebudayaan dan unsur alam Bali yang tidak didapatkan di tempat lain. Di Bali, tepatnya di Padang Galak kebudayaan pariwisata hanya dapat dilihat dua kali dalam setahun, sehingga kawasan ini sulit mendapat perhatian wisatawan pada hari biasa, yang mengakibatkan Padang Galak terlihat tertutup. Padang Galak dalam sejarah dikenal akan pusat pariwisata, akan tetapi kini sudah menghilang dan dikenal sebagai kawasan mistis akibat banyaknya bangunan yang terdegradasi dan ditinggalkan oleh pemiliknya, salah satunya ialah Taman Festival Bali yang merupakan sebuah taman festival terbesar di Bali. Metode penelitian yang diguanakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dan juga melalui pendekatan kontekstual dan urban acupuncture serta mengungsung konsep Tri Mandala. Hasil penelitian merupakan upaya untuk menghidupkan kembali bangunan Taman Festival Bali melalui revitalisasi dengan menghubungkan serta menciptakan keharmonisan antara proyek dengan lingkungan, lama dengan baru serta sejarah masa kini dengan masa depan melalui fungsi yang lebih fleksibel. Dengan cara ini, Taman Festival Bali dan Padang Galak akan menemukan jalannya sendiri, menghilangkan rumor mistis yang beredar sehingga dapat mengembalikan kembali identitas pariwisatanya.

Cite

CITATION STYLE

APA

Dewi, F., & Tjandra, A. H. (2023). REVITALISASI BANGUNAN TAMAN FESTIVAL BALI DI PADANG GALAK MELALUI PENDEKATAN URBAN ACUPUNCTURE. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 4(2), 1845–1858. https://doi.org/10.24912/stupa.v4i2.22302

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free