STRATEGI ADAPTASI KAMPUNG TERHADAP KENAIKAN AIR LAUT DAN PENURUNAN TANAH DI MUARA ANGKE

  • Mardianto A
  • Halim M
N/ACitations
Citations of this article
26Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

The capital city of Indonesia, Jakarta, is the world’s fastest sinking city, especially the Northern part with an average land surface of more than 1.5 metres below sea level. Research shows that about 95% of North Jakarta will be 4 metres or far more below sea level by 2050. Sinking land jeopardises the Angke Estuary community since people lose their homes and livelihoods. Additionally, the mangrove forests in the coastal areas are home to many flora and fauna and now at risk due to drowning. Therefore, innovation in building structure would potentially mitigate instead of remediating the current issues. The design method used in literature and precedent studies, adaptation, and modular design become the basis of building design. A Telescopic column is an adjustable-floating system made out of recycled gallon plastic containers. It is an innovative and clean approach because of its sustainability towards climate change and environmentally friendly by utilising recycled material. The floating feature enables the building to adapt to sea-level fluctuations (e.g. high - low tides). This project aims to provide better living areas for the marginal communities of Angke Estuary whilst restore the coastal ecosystems. Keywords:  Adaptive; coastal ecosystem; mangrove; Muara Angke; residential needsAbstrak Jakarta menjadi kota yang paling cepat tenggelam di dunia, khususnya area Jakarta Utara dengan rata-rata permukaan tanah sudah berada lebih dari 1,5 m di bawah permukaan laut. Penelitian menunjukan bahwa di tahun 2050 95% area Jakarta Utara akan berada lebih dari 4m dibawah permukaan laut. Dengan melihat permasalahan tersebut rumah dan mata pencaharian warga Muara Angke, Jakarata Utara sedang dan semakin tenggelam. Selain itu ekosistem pesisir yang merupakan hutan mangrove, rumah untuk banyak jenis flora dan fauna juga terancam tenggelam. Kebutuhan akan bentuk bangunan baru yang dapat mengatasi permasalahan ini secara menyeluruh bukan sementara seperti tanggul-tanggul yang dibangun oleh pemerintah saat ini. Metode perancangan yang digunakan melalui studi litelatur, studi presenden, adaptasi, dan modular menjadi dasar dari  desain bangunan. Strategi desain yang sesuai dengan cara hidup masnyarakat Muara Angke dan adaptif terhadap kenaikan air laut dengan menggunakan teknologi struktur kombinasi kolom teleskopik yang adjustable dan platform apung terbuat dari daur ulang galon plastik menjadikan lingkungan tahan terhadap perubahan iklim. Bangunan dapat menyesuaikan dengan berbagai fase kenaikan air laut yaitu pada saat pasang,surut dan tenggelam. Proyek ini bertujuan memberikan hunian yang adaptif terhadap perubahan iklim serta mengembalikan keseimbangan ekosistem pesisir Muara Angke.

Cite

CITATION STYLE

APA

Mardianto, A., & Halim, M. (2022). STRATEGI ADAPTASI KAMPUNG TERHADAP KENAIKAN AIR LAUT DAN PENURUNAN TANAH DI MUARA ANGKE. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 3(2), 2347. https://doi.org/10.24912/stupa.v3i2.12335

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free