Yordania merupakan salah satu negara Arab yang berperan penting dalam perang di Suriah. Perang tersebut berawal dari aksi-aksi demo antipemerintah Suriah pada tahun 2011, lalu berubah menjadi konflik bersenjata setelah terbentuknya milisi-milisi bersenjata yang berafiliasi dengan Al Qaida; dan berlanjut dengan terbentuknya ISIS pada tahun 2013. Saat ini Suriah telah berhasil memenangkan peperangan melawan terorisme tersebut, meskipun sebagian kecil wilayah di Suriah masih dikuasai milisi-milisi teroris. Sejak tahun 2021, negara-negara Arab yang semula memberikan dukungan kepada milisi bersenjata terlihat memutar balik (u-turn) kebijakan luar negerinya, yaitu kembali melakukan upaya normalisasi dengan Suriah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan normalisasi hubungan diplomasi yang dilakukan Yordania terhadap Suriah. Penelitian ini menggunakan teori two level games Robert D. Putnam dan dilakukan dengan kualitatif, dengan mengumpulkan data melalui studi literatur dan wawancara dengan aktivis kemanusiaan di Suriah. Temuan penelitian ini adalah bahwa keputusan Yordania untuk memutar balik kebijakan luar negerinya terhadap Suriah memiliki dua tujuan. Pertama, Yordania ingin memperbaiki masalah domestiknya, yaitu keterpurukan ekonomi, yang salah satunya terjadi akibat derasnya pengungsi; masalah keamanan; ketersediaan air. Kedua, Yordania ingin mencapai target internasional, dimana Yordania yang merupakan aliansi Barat ingin mengurangi pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah.
CITATION STYLE
Larasati, D. P. A. (2021). Kebijakan Luar Negeri U-turn Yordania Terhadap Suriah Pasca-Perang Melawan Terorisme. Jurnal ICMES, 5(2), 162–185. https://doi.org/10.35748/jurnalicmes.v5i2.111
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.