Askese, yang secara sederhana dimengerti sebagai matiraga, termasuk unsur essensial dalam tradisi monastik kristen. Dengan penyangkalan diri, puasa, hidup bertarak dan meninggalkan dunia ramai menuju tempat yang sunyi dan sepi, para petapa dan para rahib ingin mengejar kesempurnaan hidup seturut Injil dengan mengutamakan hidup doa dan kontemplasi. Tradisi monastik muncul sebagai bentuk protes atas kendurnya penghayatan nilai-nilai kekristenan khususnya ketika Agama Kristen mendapat kebebasan terlebih lagi pada saat menjadi agama negara. Dalam upaya mengejar keserupaan dengan Kristus, askese badani sangat ditekankan, kendati bukan menjadi unsur yang paling utama. Askese merupakan medium atau sarana, dan bukan tujuan. Pemahaman mengenai askese berkembang dengan semakin ditekankannya nilai interior atau batiniah, yang meliputi iman, kerendahan dan kesatuan hati, kesabaran, ketaatan, pelayanan, kerja keras, ugahari, doa dan kontemplasi.
CITATION STYLE
Situmorang, S. (2019). ASKETISME DALAM TRADISI MONASTIK KRISTEN. LOGOS, 15(2), 78–94. https://doi.org/10.54367/logos.v15i2.322
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.