Suku Minang memiliki sistem kekerabatan matrilineal di mana kesejahteraan seorang anak menjadi tanggung jawab bersama keluarga besar ibu (communal) yang dipimpin oleh mamak (saudara laki-laki ibu). Akan tetapi, penelitian-penelitian dalam bidang sosiologi memberikan bukti bahwa sistem kekerabatan tersebut sudah memudar dan peran mamak sudah digantikan oleh bapak seiring dengan menguatnya praktik keluarga inti (nuclear family). Penelitian ini berusaha mengeksplorasi tema-tema dalam makna pemberian dukungan dari perspektif mamak kepada kemenakan. Penelitian ini melibatkan 298 laki-laki Minang yang memiliki kemenakan (anak dari saudara perempuannya) dan berdomisili di provinsi Sumatra Barat yang secara tradisional mempraktikan sistem kekerabatan matrilineal. Data dikumpulkan menggunakan open-ended questionaire, dan dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pemberian dukungan sosial dari mamak kepada kemenakan masih dilakukan pada mayoritas partisipan. Namun, pemberian dukungan tersebut hanya bersifat insidental dan tidak berlangsung terus-menerus. Pemberian dukungan kepada kemenakan ternyata memberikan manfaat bagi kesejahteraan afektif mamak apabila perilaku tersebut dilakukan secara tulus (altruist) dan praktik tersebut ternyata memberikan luaran sosial yang positif (rewards) seperti harga diri (self-esteem) dan perasaan terhubung (feeling social connection). Temuan lain yang menarik adalah munculnya kategori kewajiban (obligation) yang ternyata juga dapat meningkatkan kesejahteraan afektif alih-alih menjadi beban bagi mamak.
CITATION STYLE
Hartati, N. (2020). Apakah sistem kekerabatan matrilinieal di suku Minang masih membudaya? Analisis tematik pada makna pemberian dukungan sosial mamak kepada kemenakan. Jurnal Psikologi Sosial, 18(3), 199–210. https://doi.org/10.7454/jps.2020.20
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.