Intisari— Dalam kehidupan sehari hari keadaan gawat darurat dapat terjadi dimana saja yang terjangkau dan tidak terjangkau oleh petugas kesehatan yang memerlukan peran masyarakat. Terdapat berbagai macam alat bantu yang digunakan membantu pasien dirumah sakit dan korban kecelakaan disebut splint atau bidai. Pembidaian merupakan tindakan memfiksasi bagian tubuh yang mengalami cedera menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fiksator/imobilisator. Permasalahan pada bidai konvensional antara lain tidak memiliki ukuran yang cocok dengan tulang pasien, sehingga seringkali terjadi kesulitan saat pemasangan pada anggota tubuh pasien. Penelitian ini dilakukan untuk perencanaan kelayakan bisnis produk inovasi Puzzle Splint/ bidai fraktrur tulang dengan melihat tiga aspek. Pertama, design thinking yaitu desirability, feasibility, dan viability menggunakan metode lean startup. Kedua value proposition yaitu bidai yang mudah dipasang pada pasien, ukurannya yang fleksibel dan aman bagi kulit pasien. Ketiga model bisnis dirumuskan kedalam 9 blok pada bisnis model canvas. Hasil penelitian ini menunjukkan konsumen produk Splint adalah tenaga medis dan instansi – instansi yang terkait. Bisnis produk ini membutuhkan biaya produksi sebesar Rp762,000.00. Nilai Profitability Index pada 1,86, perhitungan Break Event Point pada 1357 unit, Payback Period 3 tahun dan 5 bulan. Perencanaan Bisnis menunjukkan bahwa project ini layak dilakukan.Abstract- Daily emergency are often unpredicted and may happen in remote areas. A health apparatus or first aid tools that can be utilized for emergency situation is splint or body support aid. Splinting is a fixation process of an injured body part with stiff or flexible materials. Occasionally, conventional splint is unsuitable with patient’s bone structure, hence resulted in installation difficulties. This research focused on innovative product of puzzle splint or fracture splint business worth based on three aspects. First, design thinking: desirability, feasibility, and viability in relation with lean startup model. Second, value proposition such as simple installation, flexiblilty, and patient skin friendly. Third, business model was categorized into nine blocks and integrated with canvas model. The result showed that most of the splint consumers are medical personnel and related institutions. This business requires Rp762.000.000,- production cost. Profitability index is 1.86 and break even point on 1.357 units, with 3 years and 5 months payback period. This business plan shows that project is feasible.
CITATION STYLE
Amran, T. G., Dewobroto, W., & Guntoro, A. H. (2020). Rancangan Model Bisnis Produk Puzzle Splint Dengan Metode Lean Startup. JURNAL TEKNIK INDUSTRI, 9(3), 204–211. https://doi.org/10.25105/jti.v9i3.6650
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.