Dalam konteks Indonesia, secara sosiologis-antropologis pluralisme agama dan etnis adalah suatu fakta yang harus kita terima. Pemikiran teologis yang menawarkan pandangan inklusivisme dan pluralisme keberagamaan akan ikut meredam konflik dan ketegangan antar agama. Di sinilah letak pentingnya memperbincangkan masalah pluralisme agama dalam pluralitas bangsa (etnis) dan bagaimana memformat kembali bentuk dakwah/misi bagi agama dakwah yang ada di Indonesia, sehingga muncul desain baru tentang agama masa depan. Dialog mengenai pengalaman Iman, serta upaya membangun feologi yang inklusivistik dan dialogis bukan sesuatu yang tidak mungkin. Bahkan jika teologi dipahami sebagai refleksi kritis tentang sebuah doktrin agama dengan "commited" terhadap upaya" perdamaian dan meningkatkan peradaban manusia, maka kita mestinya banyak dari faham ekslusivisme ke inklusivisme dan kemudian ke pluralisme lalu selanjutnya ke suprapluralisme.
CITATION STYLE
Halim, A. (2015). KONSTRUKSI PLURALISME AGAMA DALAM ISLAM. TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin, 14(2), 371–386. https://doi.org/10.30631/tjd.v14i2.1
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.