ARSITEKTUR PANGGUNG DAN PERMAKULTUR DEKAT KAMPUNG MARLINA

  • Stefanus N
  • Sutanto A
N/ACitations
Citations of this article
29Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

In 2050, several areas in Jakarta are predicted to sink, especially in the Northern, that have experienced significant subsidence in the ground level. One of the inhabited areas that need to be considered in the future is Kampung Kota in a coastal area. Most of the Kampung Kota currently have a high building density and minimal green space. Here, the place to face the overflowing water from the sea, Kampung Marlina. Marlina is an extension of the residential area for people working in the Sunda Kelapa and Kota Tua areas (1980). In the past, the residents' houses were the Stilt Houses, residents can preserve fish under the house and it became the habit of the residents there, then it dissapear by time. Stilt Architecture is designed to accommodate the activities of the citizens of Jakarta in facing the phenomenon of the Jakarta Sinking in 2050 with the issue of tidal flooding from the sea. Using permaculture design theory, the site pattern was studied and then placed the waterways to adjust to the drainage in Kampung Marlina. Then using the Urbanism Landscape Method, Program Method and raising the habits of the residents, the building is designed like a stage by presenting the concept of a pond below, so that it serves to anticipate flooding from the sea, as well as a means for residents to cultivate seagrass beds and small fish and shrimp. In areas equipped with permaculture gardens on the edges of these airways. The garden is planted with plants with high water absorption. In the area there is a research building and lodging for researchers or students.Keywords:  coastal; kampung kota residents; kampung marlina; permaculture; rob floodAbstrakPada tahun 2050, beberapa daerah di Jakarta diprediksi akan tenggelam, khususnya pada bagian Utara. Hal ini ditandai oleh daerah-daerah yang telah mengalami turunnya permukaan tanah secara signifikan. Salah satu kawasan berhuni yang perlu diperhatikan di masa depan adalah Kampung Kota di daerah pesisir. Sebagian besar Kampung Kota saat ini memiliki kepadatan bangunan yang tinggi serta minim ruang hijau. Di sini, tempat yang pertama kali akan menghadapi luapan air dari arah laut, Kampung Marlina. Kampung Marlina merupakan perluasan daerah bermukim untuk masyarakat yang bekerja di daerah Sunda Kelapa dan Kota Tua (1980). Dahulu rumah-rumah warga merupakan Rumah Panggung, yang di bawah rumah tersebut warga dapat memelihara ikan dan menjadi suatu kebiasaan warga di sana, kemudian ditinggalkan seiring berjalannya waktu. Arsitektur Panggung ini dirancang demi tujuan mewadahi aktivitas warga Jakarta dalam menghadapi fenomena Tenggelamnya Jakarta di tahun 2050 dengan isu luapan air/banjir rob dari arah laut. Menggunakan teori desain permakultur, pola tapak distudi dan kemudian menempatkan jalur-jalur air menyesuaikan dengan drainase pada Kampung Marlina. Kemudian menggunakan metode Landscape Urbanism, metode Program dan mengangkat kebiasaan dahulu warga, bangunan dirancang seperti panggung dengan menghadirkan konsep kolam di bawahnya, sehingga selain berfungsi mengantisipasi banjir rob dari laut, juga sebagai sarana warga membudidayakan padang lamun serta ikan kecil dan udang. Pada kawasan dilengkapi dengan kebun permakultur pada tepi jalur-jalur air tersebut. Kebun tersebut ditanami tanaman dengan penyerapan air yang tinggi. Pada kawasan terdapat bangunan riset serta tempat penginapan untuk para periset ataupun pelajar.

Cite

CITATION STYLE

APA

Stefanus, N., & Sutanto, A. (2021). ARSITEKTUR PANGGUNG DAN PERMAKULTUR DEKAT KAMPUNG MARLINA. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 3(1), 689. https://doi.org/10.24912/stupa.v3i1.10898

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free