Praktik keagamaan (Dharma Sadhana) merupakan suatu kewajiban bagi umat beragama terkhusus umat Hindu. Banyak sekali praktek yang bisa dilaksanakan oleh umat, tidak hanya yang berkaitan dengan etika, tetapi juga yang berkaitan dengan upacara/ ritual. Pelaksanaan dharma sadhana pada ritual, tentu memiliki arti yang lebih. Di samping sebagai bentuk bhakti, bisa juga sebagai implementasi ajaran agama. Di Yogyakarta, umat Hindu sangat beragam. Sehingga dengan adanya keberagaman ini, dalam melaksanakan ritual akan tampak berbeda pula. Persembahyangan di Pura Jagadnatha dilaksanakan setiap hari Purnama dan tilem dan hari suci lainnya. Dalam persembahyangan tersebut, banyak praktek keagamaan yang bisa diterapkan. Dalam persembahyangan Purnama dan Tilem di Pura Jagadantha Banguntapan dapat disimpulkan bahwa setiap persembahyangan memakai banten yang sudah diatas standar dan model Bali, kecuali pada saat Tilem ada tambahan banten yang turun menurun selalu disertakan sebagai banten pelengkap dalam setiap persembahyangan Tilem. Banten yang digunakan adalah banten model bali dan tambahan sesaji yang secara turun menurun dilaksanakan.Proses persembahyangan Purnama dan Tilem sangat tertata, mulai dari mempersiapkan banten, mempersiapkan tempat sembahyang dan juga susunan acara yang sangat terarah. Praktik keagamaan di dalam proses persembahyangan Purnama dan Tilem sangat baik dan tidak hanya seorang datang cuma sembahyang saja, tetapi juga mendapat pengetahuan-pengetahuan keagamaan. Karena praktek keagamaan yang terlihat banyak, seperti mejejaitan, kidung, pembacaan weda wakya/sloka, dharma wacana dan dana punia.
CITATION STYLE
Putu Adi Rama Deta, & Widhi Astuti. (2021). IMPLEMENTASI DHARMA SADHANA PADA PERSEMBAHYANGAN PURNAMA DAN TILEM DI PURA JAGADNATHA BANGUNTAPAN BANGUNTAPAN YOGYAKARTA. Jawa Dwipa, 2(2), 109–124. https://doi.org/10.54714/jd.v2i2.41
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.