Salah satu faktor penting yang harus dimiliki sebuah perusahaan adalah kemampuan beradaptasi dalam mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan pasar yang semakin kompleks, kemampuan beradaptasi inilah yang nantinya akan menentukan posisi perusahaan pada peta persaingan. Perancangan sistem pengukuran kinerja dapat membantu pimpinan dalam memonitoring dan memperbaiki kinerja perusahaan. Metode pengukuran kinerja yang paling populer saat ini adalah Balanced Scorecard (BSC). Metode tersebut tidak hanya mempertimbangkan aspek finansial saja namun juga aspek non finansial, sehingga lebih komprehensif dan perusahaan dapat memperoleh gambaran mengenai performansinya secara akurat.Pada studi ini, dari keempat perspektif pada BSC tersebut diperoleh 17 key performance indicator (KPI). Hasil analisis menggunakan metode Objective Matrix (OMAX) dan Traffic Light System (TLS) terdapat 13 KPI kategori hijau (sangat baik), 3 KPI kategori kuning (baik), dan 1 KPI kategori merah (buruk) dengan total indeks pencapaian kinerja sebesar 7,604 yang artinya kinerja perusahaan saat ini cukup baik namun perlu ditingkatkan agar dapat mencapai target perusahaan. Hasil perancangan sistem pengukuran kinerja dengan metode Balanced Scorecard (BSC) menghasilkan 12 tujuan strategis. Dari 12 tujuan strategis yang telah ditetapkan didapatkan 17 Key Performance Indicator (KPI). Hasil pembobotan antar perspektif, perspektif keuangan mendapat bobot tertinggi yaitu 0.554, perspektif pelanggan 0.262, perspektif proses bisnis internal 0.103, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan 0,081 yang artinya perspektif dengan bobot tertinggi lebih diutamakan daripada perspektif lainnya.
CITATION STYLE
Nashihuddin, F., & Mubin, A. (2022). Penerapan Konsep Balanced Scorecard dan Objective Matrix Untuk Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan. Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, 3(02), 266–271. https://doi.org/10.36418/jist.v3i2.366
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.