Konsep Brechtian: Seni Sebagai Alat Penyadaran

  • Syahmadan Siagian A
N/ACitations
Citations of this article
12Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Tulisan ini membahas mengenai seni reproduksi sebagai alat penyadaran dalam masyarakat Indonesia. Seni yang mengavant-garde telah mewujud menjadi sesuatu yang adi luhung dan tidak terjangkau. Sementara seni yang reproduksional sifatnya hadir sebagai alat penciptaan kesadaran palsu yang lebih mengedepankan keterlibatan emosi. Diskusi ini akan memperlihatkan bahwa teks dan performasi yang digagas oleh Bertolt Brecht tidak hanya bermanfaat untuk kepentingan kajian performasi dan kajian teks drama melainkan juga bermanfaat untuk menganalisis drama atau teater sosial yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia dewasa ini. Konsep brechtian yang dibahas di sini adalah konsep yang menggagas bahwa seluruh apparatus pertunjukan, termasuk penonton dituntut untuk berjarak. Konsep inilah yang oleh masyarakat luas dikenal sebagai verfremdungseffekt. Verfremdungseffekt sendiri dapat dimaknai sebagai keterasingan, keberjarakan, atau alienasi. Seluruh apparatus pertunjukan diharapkan “tidak terlibat” secara emosional dengan apa yang terjadi di atas panggung. Luaran yang diharapkan adalah penonton-penonton yang kritis yang akan merenungkan hasil tontonan mereka untuk kemudian menggagas sebuah perubahan sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Cite

CITATION STYLE

APA

Syahmadan Siagian, A. (1970). Konsep Brechtian: Seni Sebagai Alat Penyadaran. Jurnal Seni Nasional Cikini, 3(3), 15–22. https://doi.org/10.52969/jsnc.v3i3.61

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free