Kinerja angkutan pedesaan dari tahun ke tahun semakin mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa angkutan kurang diminati oleh masyarakat. Penyebabnya adalah pertumbuhan sepeda motor dan pelayanan angkutan perdesaan yang dianggap masih rendah. Saat ini, belum standar pelayanan minimal untuk angkutan pedesaan seperti halnya angkutan perkotaan yang dijadikan acuan para operator angkutan perdesaan dalam memberikan pelayanan. Untuk menjawab permasalahan tersebut, kajian ini dimaksudkan untuk memperoleh konsep standar pelayanan angkutan perdesaan. Pelayanan angkutan umum dikategorikan tipe pelayanan yang dapat diukur dan tidak dapat diukur. Pada penelitian ini hanya membahas tentang pelayanan yang dapat diukur. Metode yang digunakan adalah analisis kinerja pelayanan dengan metode area coverage aksesibilitas dan analisis kinerja operasional dengan metode standar operasional angkutan perkotaan oleh Peraturan Menteri Perhubungan. Hasil analisis konsep standar pelayanan angkutan perdesaan terdiri dari kinerja pelayanan dan kinerja operasional. Standar pelayanan pedesaan berdasarkan hasil analisis adalah suatu angkutan pedesaan dikategorikan baik apabila rute dilaluinya melebihi 80% dari wilayah perdesaan. Konsep standar pedesaan berdasarkan kinerja operasionalnya dapat dikategorikan baik apabila kecepatan rata-rata angkutan pedesaan adalah 50 km/jam, waktu tunggu rata-rata angkutan pedesaan adalah kurang dari 15 menit, waktu naik turun penumpang rata-rata angkutan pedesaan adalah kurang 3 menit, load factor rata-rata angkutan pedesaan adalah kurang 70%.
CITATION STYLE
Zamzami, Z., & Herawati, H. (2019). Konsep Standar Pelayanan Angkutan Perdesaan Concept Of Rural Transport Services Standard. Warta Penelitian Perhubungan, 26(4), 205. https://doi.org/10.25104/warlit.v26i4.883
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.