Pertumbuhan penduduk di Kota Semarang yang terus meningkat menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan untuk pemukiman. Keterbatasan lahan dan lemahnya penegakan peraturan atas kepemilikan lahan memicu perubahan penggunaan lahan termasuk perubahan penggunaan lahan di daerah aliran sungai. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang tahun 2011-2031 menyebutkan bahwa DAS Beringin merupakan daerah penyangga dengan alokasi pembangunan fisik yang dibatasi . Akan tetapi saat ini warga memanfaatkan DAS sebagai permukiman. Perkembangan pe r mukiman di DAS mengurangi kemampuan DAS untuk menangkap air dan juga mengurangi kapasitas sungai karena meningkatnya sedimentasi. Kedua hal tersebut adalah penyebab utama dari adanya bencana banjir bandang (yang biasanya terjadi di musim hujan) di tujuh kelurahan yang ada di DAS Beringin. Kondisi ini diperparah dengan banjir rob yang terjadi di dua kelurahan yang terletak di pesisir. Pada tahun 2012, pemerintah Kota Semarang mengembangkan Sistem Peramalan dan Peringatan Banjir sebagai salah satu Upaya Adaptasi Perubahan Iklim yang dikenal sebagai Flood Early Warning System (FEWS). Salah satu output penting dari FEWS adalah pengurangan r e siko bencana berbasis masyarakat. Proses partisipasi masyarakat dalam FEWS telah memungkinkan masyarakat untuk mengidentifikasi karakteristik r e siko bencana, mengusulkan solusi untuk mengurangi r e siko banjir yang sesuai dengan kearifan lokal, meningkatkan kapasitas masyarakat dan mengatur diri mereka sendiri melalui kelompok siaga bencana secara mandiri.
CITATION STYLE
Worowirasmi, T. S., Waluyo, M. E., Rachmawati, Y., & Hidayati, I. Y. (2015). The Community – Based Flood Disaster Risk Reduction (CBDRR) in Beringin Watershed in Semarang City. Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 3(2), 131. https://doi.org/10.14710/jwl.3.2.131-150
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.