Abstrak: Daya antimikroba dalam madu dipengaruhi oleh kandungan glukosanya yang tinggi, tingkat keasaman madu, serta senyawa flavonoid yang dapat mengikat radikal bebas dan melawan agen infeksi. Eschericia coli dapat menimbulkan infeksi lokal organ tubuh, mencapai aliran darah, dan menimbulkan sepsis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan gambaran histologik jaringan limpa tikus yang diinfeksi E.coli dan diberi madu. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan 16 ekor tikus putih yang dibagi dalam satu kelompok kontrol negatif (KN) dan tiga kelompok perlakuan (KP). Kelompok kontrol negatif diberi pelet biasa selama 14 hari; KP 1 diberi pelet dan madu 2 mL/hari selama 35 hari; KP 2 diberi pelet dan E. coli 1 mL/hari melalui selama 7 hari; serta KP3 diberi pelet, E. coli 1 mL/hari selama 7 hari, dan madu 2 mL/hari selama 35 hari. Organ limpa tikus diproses untuk dibuat sediaan jaringan histologi. Jaringan limpa tikus KN dan KP1 menunjukkan gambaran histologik yang sesuai dengan limpa normal. Jaringan limpa tikus KP2 menunjukkan kongesti akut dan vasodilatasi pembuluh darah, sedangkan pada KP3 tampak kongesti yang lebih ringan dari yang terlihat pada KP2 dan adanya tanda regenerasi sel-sel limfohematopoietik jaringan limpa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakuan yang diberi E.coli tanpa pemberian madu menunjukkan suatu splenitis akut non spesifik, sedangkan kelompok perlakuan yang diberi E.coli dengan pemberian madu menunjukkan tanda-tanda perbaikan dari radang dan tanda regenerasi sel.Kata kunci: Madu, Eschericia coli, Limpa.Abstract: Antimicrobial force in his sugar content of honey is influenced by the high level of acidity of honey, as well as flavonoid that can bind free radicals and fight the infection agent. Eschericia coli can cause local infection of the body's organs, reaching the blood stream, and give rise to sepsis. This study aimed to determine changes in histological picture of the spleen tissue of mice given infected E.coli and gave honey. An experimental study using 16 rats divided into one negative control group (KN) and tree treatment groups (KP). Negative control group given normal pellets for 14 days. KP1 is given pellets and honey 2 mL / day for 35 days. KP2 are given pellets and E. coli 1 mL / day through 7 days. KP3 given pellets, E. coli 1 mL / day for 7 days, and honey for 35 days. Mouse splenic processed and examined through a microscope. Mice of KN network and KP1 showed normal histological picture of the spleen. Spleen of KP 2 show today showed acute congestion and vasodilation of blood vessels spleen. Spleen of KP3 show a little more congestion and an indication of regeneration.It can be concluded that the treatment groups were given E. coli without giving honey showed a nonspecific acute splenitis, whereas the treatment group given E. coli with honey granting remission to show signs of inflammation.Key words: Honey, Eschericia coli, Spleen.
CITATION STYLE
Matheos, C. (2014). GAMBARAN HISTOLOGIK JARINGAN LIMPA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINFEKSI ESCHERICIA COLI DAN DIBERI MADU. Jurnal E-Biomedik, 1(2). https://doi.org/10.35790/ebm.1.2.2013.3251
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.