Permintaan energi dunia terus meningkat sepanjang sejarah peradaban umat manusia. Proyeksi permintaan energi pada tahun 2050 hampir mencapai tiga kali lipat. Tampaknya masalah energi akan tetap menjadi topik yang harus dicarikan solusinya secara bersama-sama. Pemanfaatan energi telah berkembang dan meningkat sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri. Usaha-usaha untuk mendapatkan energi alternatif telah lama dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya minyak bumi. Pemanfaatan minyak bumi diperkirakan akan habis dalam waktu yang tidak lama jika pola pemakaian seperti sekarang ini yang justru semakin meningkat dengan meningkatnya industri maupun transportasi. Selain itu dari berbagai penelitian telah didapat gambaran bahwa kualitas udara telah semakin mengkawatirkan akibat pembakaran minyak bumi(Djoko Adi Widodo, Suryono, Tatyantoro A., Tugino. 2009.). Energi merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Peningkatan kabutuhan energi dapat merupakan indikator peningkatan kemakmuran, namun bersamaan dengan itu juga menimbulkan masalah dalam usaha penyediaannya, karena manusia hanya mengandalkan energi fosil yang tentunya persediannya masih sangat terbatas dan semakin menipis. Karena tergolong unrenewable, maka akibat dikuras terus - menerus, persediaan energi tersebut semakin berkurang dan tidak bisa diupayakan kembali keberadaanya. Sehingga bukan suatu hal yang mustahil jika dimasa-masa yang akan datang akan timbul masalah-masalah yang berkaitan dengan krisis energi. Untuk mengantisipasi persedian energi di masa yang akan datang, sejak dua dekade terakhir ratusan pakar energi dari berbagai Negara saling berlomba untuk mengupayakan penemuan-penemuan baru tentang sumber energi alternatif yang tidak saja efisien tetapi juga bernuansa ramah lingkungan. Dan salah satu pilihannya adalah sel surya, walaupun secara efisiensi masih perlu pertimbangan lebih jauh (Satwiko Sidopekso, dan Anita Eka Febtiwiyanti, 2010) Matahari merupakan sumber energi yang potensial bagi kebutuhan manusia, dimana energi tersebut bisa didapat dari panas yang merambat sampai permukaan bumi, atau cahaya yang jatuh sampai permukaan bumi. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa dengan mengubah cahaya matahari terutama intensitas matahari dengan solar sel dapat dibuat sumber energy listrik untuk konsumsi manusia. Pemilihan sumber energi terbarukan ini sangat beralasan mengingat suplai energi surya dari sinar matahari yang di terima oleh permukaan bumi mencapai mencapai 3 x 1024 joule pertahun. Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Di Indonesia melimpahnya cahaya matahari yang merata dan dapat ditangkap di seluruh kepulauan Indonesia hampir sepanjang tahun merupakan sumber energi listrik yang sangat potensial (Subekti Yuliananda1, Gede Sarya, RA Retno Hastijanti, 2015) Kabupaten Langkat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatera Utara, Indonesia. Ibu kotanya berada di Stabat. Kabupaten Langkat secara administratif terdiri dari 20 kecamatan dengan 215 desa dan 15 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Daerah Langkat adalah 6.263,29 Km2 atau 626.329 Ha, dengan jumlah penduduk 926.069 jiwa.Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara 3014’00” dan 4013’00” Lintang Utara dan antara 97052’00” dan 98045’00” Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Langkat 6.263,29 km2 atau 8,74 persen dari total luas Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian 4-105 m di atas permukaan laut sehingga sebagiann besar wilayahnya merupakan daratan rendah (Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2013). Kabupaten Langkat beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli. Kabupaten Langkat mengalami curah hujan sebanyak 3.289,94 mm dengan lama hujan 150,83 hari pada tahun 2012 dengan rata-rata total curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 408,88 mm dengan hari hujan sebanyak 18 hari kemudian pada bulan September sebesar 376,88 mm dengan hari hujan sebanyak 15 hari (Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2013). Melihat dari kondisi alam Kabupaten Langkat seperti yang telah diuraikan sebelumnya, tim peneliti melihat adanya potensi untuk pengembangan energi alternatif. Potensi energi ini tentunya harus bisa dimanfaatkan bagi kapentingan masyarakat terutama penduduk kabupaten Langkat sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentu yang harus dilakukan pertama kali ialah upaya untuk mengindetifikasi dan mengeksplorasi potensi alam tersebut. Potensi alam yang telah mampu dieksploitasi tentunya akan mampu menciptakan kemandirian energi bagi masyarakat setempat sehingga mampu mengurangi beban energi bagi permerintah. Selain itu, keberhasilan kemandirian energi di Kabupaten Langkat juga dapat digunakan sebagai percontohan rencana pembangunan di daeerah lain di seluruh Indonesia.
CITATION STYLE
Ginting, R., & M.Zulfin. (2020). Pengukuran Potensi Pemanfaatan Listrik Tenaga Sinar Matahari di Kabupaten Langkat. Jurnal Sistem Teknik Industri, 22(1), 45–51. https://doi.org/10.32734/jsti.v22i1.3257
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.