KONTAMINASI AL QUR’AN DENGAN BAHASA-BAHASA KABILAH ARAB DAN NON ARAB (‘AJAM) MENJADI METODE PEREKAT UMAT

  • Mustofa A
N/ACitations
Citations of this article
12Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Sebelum islam datang bangsa arab adalah bangsa yang berkabilah-kabilah yang memiliki keberagaman bahasa, peradaban dan budaya. Pada masa jahilyah mereka dikenal dengan wataknya yang keras, fanatik dan kesenangan mereka pada syair–syair (Puisi) yang memiliki nilai–nilai kesastraan Bahasa yang tinggi . Syair-syair tersebut dijadikan sebagai identitas keahlian dan kehormatan mereka dalam berbanggabangga dengan kabilahnya sendiri hal itu dengan diadakannya kontes keindahan syair dipasar yang dikenal Su>qu ‘Uka>z| dimana setiap syair yang terindah akan ditempelkan di dinding ka’bah selain itu dunia saling mengkritisi Bahasa bukanlah hal yang tabu pada waktu itu melainkan adalah sebuah keharusan yang sudah membudaya. Para kritikus Bahasa dan sastra sangat gemar mengkritik setiap kemunculan Bahasa dan syair baru seperti An Nabighah Al Dzibani yang mendapatkan julukan Qubbah H}amra’(Kubah Merah) dalam menghakimi sebuah karya sastra1. Dunia mengkritisi seperti itu terus menerus berlalu sampai Al Quran diturunkan kepada nabi Muhammad SAW sehingga tidak bisa diingkari jika Al Quran juga mendapatkan kritikan pedas dari orang-orang kafir Makkah. Dengan banyaknya kabilah yang ada maka dialegpun beragam diamana setiap kabilah memiliki perbedaan Bahasa dan dialeg, keberagaman Bahasa ini terus melekat dari masa ke masa sampai islam datang. Beberapa sahabat nabi membaca Al Quran dengan dialeg kabilah mereka sendiri yang mana hal ini menjadi sebab musabab munculnya perbedaan bacaan dalam Al Quran namun kendati demikian setiap bacaan yang diriwayatkan dari sahabat adalah benar hukumnya dikarenakan mereka mentalaqqikan bacaan itu dihadapan nabi secara langsung. Indikasi yang menuturkan bahwa Al Quran terkontaminasi dengan Bahasa-Bahasa kabilah arab (lokal) dan Bahasa Non Arab (‘Ajam) adalah hadits nabi yang berbunyi “ Sab’atu Ahruf “. banyak interpretasi yang di apresiasikan oleh para tokoh dan cendekiawan islam mengenai sabda nabi tersebut namun diatntara pendapat yang paling banyak adalah pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “ Sab’atu Ahruf” adalah beberapa Bahasa kabilah arab yang terbilang paling fasih sedang angka tujuh dalam redaksi hadits itu hanya sebagai isyarat dari banyaknya jumlah Bahasa yang dimuat.

Cite

CITATION STYLE

APA

Mustofa, A. (2019). KONTAMINASI AL QUR’AN DENGAN BAHASA-BAHASA KABILAH ARAB DAN NON ARAB (‘AJAM) MENJADI METODE PEREKAT UMAT. PUTIH: Jurnal Pengetahuan Tentang Ilmu Dan Hikmah, 4(1), 70–103. https://doi.org/10.51498/putih.v4i1.39

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free