Kehidupan manusia di dunia tidak bisa terlepas dari lingkungannya yang terus berkembang seiring berkembangnya teknologi. Pendidikan menjadi salah satu cara dalam meningkatkan kualitas sumber daya yang mampu beradaptasi dan berkompetisi dibutuhkan untuk dapat bertahan hidup dalam perkembangan lingkungan di dunia. Tujuan pendidikan nasional jelas menyampaikan bahwa pendidikan dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan rakyatnya baik itu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EI) dan kecerdasan spiritual (SI). Namun dalam praktiknya, institusi pendidikan lebih mengarah pada peningkatan IQ, melupakan EI dan SI yang sebenarnya tidak bisa terlepaskan satu dengan yang lainnya. Perubahan akibat digitalisasi dalam konsep pendidikan ini memunculkan suatu permasalahan dasar secara spasial yaitu perubahan tipologi sekolah atau ruang kegiatan sebagai lingkungan belajar. Bentuk arsitektur pendidikan anak yang dapat mengakomodasi kebutuhan emosional dan akademis anak berdasarkan kecerdasannya menjadi permasalahan desain utama. Sekolah Pukka Cisauk merupakan fasilitas pendidikan untuk anak sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dalam mendukung peningkatan kecerdasan pada anak demi kualitas kehidupan yang lebih baik. Sistem pendidikan yang digunakan adalah pembelajaran berbasis proyek (PBL) dengan proses pembelajaran menitikberatkan pada siswa. Perbedaan identitas setiap individu diakomodasi dalam pembentukan ruang berdasarkan 8 kecerdasan majemuk yang diintegrasikan dengan prinsip belajar kolaboratif, kreatif, partisipatif, pengalaman, multiliterasi, personalisasi, menyenangkan dan interdisiplin dalam mencapai tujuan membentuk anak yang produktif, afektif dan kreatif.
CITATION STYLE
Rimbani, N. S., & Liauw, F. (2021). ARSITEKTUR SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KECERDASAN ANAK. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 3(1), 551. https://doi.org/10.24912/stupa.v3i1.10726
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.