Pedagang Kaki Lima (PKL) dikategorikan sebagai pedagang informal dengan keberadaannya di ruang perkotaan dianggap ilegal. Keberadaannya menempati daerah-daerah strategis di perkotaan seperti ruang terbuka kota, tepi jalan besar dan perumahan. Di Perumahan Banyumanik Semarang, keberadaan PKL menempati jalan besar dan area strategis menuju seperti pertigaan jalan menuju perumahan cluster dan lapangan terbuka. Keberadaan bangunan PKL yang tidak terdesain mengganggu sirkulasi dan visual lingkungan. Mereka telah ada sejak perumahan tersebut dibangun tahun 1990an. Namun keberadaan mereka hingga kini teramati stagnan sebagai PKL. Setelah 40 tahun keberadaannya, bentuk bangunan masih sama non permanen dan belum ada kemampuan menyewa lokasi lahan/ pertokoan. Tujuan paper ini adalah membuat model desain PKL non permanen yang mendukung visual di lingkungan perumahan. Metode yang digunakan adalah metode survei dan metode perancangan dengan penggambaran arsitektur. Bahan yang digunakan untuk merancang PKL non permanen adalah shipping container/ peti kemas. Perkembangan teknologi yang didukung dengan kreativitas manusia, menghasilkan inovasi-inovasi penggunaan peti kemas untuk desain bangunan yang menarik. Rekomendasi riset adalah munculnya kepedulian arsitek untuk memanfaatkan peti kemas bekas sebagai bahan untuk membuat model bangunan.
CITATION STYLE
Rukayah, R. S., Giovano, F. A., & Abdullah, M. (2023). Inovasi Desain dengan Menggunakan Bahan Bekas Peti Kemas untuk Pedagang Kaki Lima (PKL). Arsir, 6(2), 106. https://doi.org/10.32502/arsir.v6i2.5197
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.