Pendampingan pastoral merupakan tugas penting dari gereja untuk menjaga kehidupan jemaat, karena itu pendampingan pastoral senantiasa ditujukan pada kehidupan. Salah satu bentuk pendampingan pastoral gereja yang kurang mendapat perhatian adalah pendampingan terhadap orang yang sedang menghadapi kematian, padahal pendampingan seperti ini sangat diharapkan karena ketika menghadapi kematian seseorang akan diperhadapkan pada rasa cemas dan takut. Narasi Kejadian 27:1-19 menyoroti tentang pentingnya pemberian makan kepada orang yang sedang menghadapi kematian sebagai bentuk kesanggupan anak/keluarga untuk terus menjadi pendamping. Kisah ini memiliki kesejajaran dengan budaya Manulangi Natua-tua dalam suku Batak, di mana melalui budaya ini setiap anggota keluarga akan memberikan kepastian kepada orang tua yang sedang menghadapi kematian bahwa mereka akan tetap ada mendampingi, sehingga orang tua tidak perlu takut dan cemas menghadapi kematian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan tafsir narasi terhadap Kejadian 27:1-19 dan penelitian pustaka terhadap budaya Batak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendampingan terhadap orang yang menghadapi kematian menjadi hal penting yang harus dilakukan oleh gereja sebagai wujud tanggung jawab gereja terhadap kehidupan.
CITATION STYLE
Panjaitan, F., & Sinabariba, D. I. (2022). PENDAMPINGAN PASTORAL MENGHADAPI KEMATIAN DALAM PERJUMPAAN KEJADIAN 27:1-29 DAN BUDAYA BATAK MANULANGI NATUA-TUA. Melo: Jurnal Studi Agama-Agama, 2(2), 75–89. https://doi.org/10.34307/mjsaa.v2i2.62
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.