Hakekat Penyakit mental ini terdiri dari beberapa jenis dan sangat variatif sifatnya. Seorang Pengidap penyakit dapat merasakan keberadaanya pada diri seseorang akan tetapi setelah melalui pemeriksaan dokter dengan segala fasilitas dan alat medis, pasien ini masih berada pada tahap dan kondisi normal secara fisik, dalam artian bahwa tubuhnya masih tetap sehat wal afiat. Adanya faktor mental seperti rasa takut, gelisah, bimbang, risau, perasaan yang sensitif, stres, panik, depresi hingga ketidak puasan dalam hubungan seks dan ragam sindrom lainnya merupakan penyumbang terbaik dan terbanyak munculnya penyakit ini. Al-Qur’an memberi solusi yaitu dengan membangun hubungan harmonis sesama manusia dan hubungan harmaonis kepada Allah atau hablun minallah dan hablun minannas. Dengan demikian, maka seyogyanya para penghuni rumah sakit jiwa harus terbangun diantara mereka hablun minallah walau dalam kondisi seminimal mungkin pada awalnya. Para pasien jiwa harus diajari bertaubat dan berzikir atau mendekatkan diri kepada Allah sesuai dengan kemampuan mereka, disamping membangun hubungan sosial di antara mereka. Karena itu, disamping terapi medis, terapi religius sangat penting bagi penderita penyakit ini karena mental merupakan bagian yang tak tampak atau non-fisik, maka tentunya sebaiknya didekati dengan terapi non-fisik juga. Membimbing mereka kembali kepada TuhanNya tentu lebih bermakna dan lebih mampu menenangkan jiwa mereka
CITATION STYLE
Nawir, Y., & Bakka, B. (2021). Penyakit Mental Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Ilmiah Islamic Resources, 18(1), 87. https://doi.org/10.33096/jiir.v18i1.123
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.