Alquran itu kitab terbuka, yang bisa didekati oleh siapapun dengan latar belakang apapun dan untuk kepentingan apapun. Sisi sosial-kemasyarakatan dan aktivitas pembaca akan mewarnai tafsirannya. Kian dekat seorang mufassir dengan lingkaran kekuasaan misalnya, maka karya tafsirnya (dipastikan) kian pro status quo. Tafsir karya Kolonel Bakri Syahid berjudul "al-Huda: Tafsir Qur'an Basa Jawi", seorang mufassir militer, apresiatif terhadap kebijakan Orba; menyokong Negara Demokrasi Pancasila, BIN/BAKIN, UUD 1945, Pelita 1 s.d. V, ABRI/TNI, negara relijius yang “bukan negara agama dan bukan negara sekuler”, pembangunan dan ketahanan nasional, juga ibadah politik, ibadah ideologi dan ibadah militer. Ini menguatkan tesis political reading of scripture-nya Tim Gorringe, abuse of quranic verses-nya Azyumardi Azra, juga political interpretation of the qur’a>n-nya Stefan Wild. Inilah corak baru dalam penafsiran: al-lawn al-siyasi (corak politik).
CITATION STYLE
Maarif, N. H. (2021). Penafsiran Politik Kolonel Bakri Syahid dalam “Al-Huda: Tafsir Qur’an Basa Jawi.” ISLAM NUSANTARA:Journal for the Study of Islamic History and Culture, 2(2), 69–91. https://doi.org/10.47776/islamnusantara.v3i1.64
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.