Anak-anak berkebutuhan khusus termasuk didalamnya anak tuna rungu-wicara adalah anak-anak yang juga mempunyai hak untuk mendapatkan pengajaran dan berkembang sesuai potensi yang mereka punyai. Menurut data dinas sosial saat ini jumlah anak yang mengalami tuna rungu wicara ada sejumlah 73.560 jiwa / 2013. Menjadi catatan bahwa masing-masing anak memiliki potensi yang besar untuk dapat berprestasi sehingga berdaya guna bagi masyarakat. Seperti halnya anak-anak normal pada umumnya maka anak tuna rungu-wicara memiliki beberapa masalah yang harus dicarikan solusinya agar mereka dapat berprestasi secara maksimal. Salah satu permasalahan yang dimiliki anak-anak berkebutuhan khusus khususnya tuna rungu-wicara adalah kurang percaya diri yang muncul melalui sikap moody dan menarik diri dari pergaulan. Solusi dari permasalahan tersebut dalam penelitian ini menemukan fakta bahwa pembelajaran tari tradisional mampu digunakan sebagai media menanamkan disiplin diri pada anak tuna rungu-wicara. Setiap langkah dari awal hingga akhir dalam pembelajaran tari tradisional yang mereka pelajari harus lewati secar bertahap dan berkesinambungan sehingga menjadi sebuah cara pendisiplinan diri yang tinggi. Kata kunci: Tuna Rungu-wicara, Pembelajaran Tari, Pendisplinan diri.
CITATION STYLE
Bekti Agustiningrum, M. D. (2018). PENANAMAN PROSES PENDISPLINAN DIRI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNA RUNGU WICARA) DALAM PEMBELAJARAN TARI TRADISIONAL. Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1). https://doi.org/10.17509/cd.v5i1.10493
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.