Masyarakat Aceh sering menggunakan simbol-simbol verbal yang ditamsilkan pada binatang ketika berkomunikasi atau menyampaikan pesan. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan dan mendeskripsikan karakter dan tindakan seseorang yang dipandang positif yang harus dianut, atau yang dipandang negatif yang harus dijauhkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. data penelitian ini berupa data tulis dan data lisan. Data tulis diperoleh dari cerita rakyat Aceh dan Peribahasa Aceh yang diterbitkan oleh Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Data lisan diperoleh dari informan melalui teknik wawancara, pegamatan tidak berperan serta, dan pengamatan berperan serta. Di samping itu, penulis juga menggunakan data buatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga metafora binatang yang digunakan oleh masyarakat Aceh ketika menyampaikan pesan kepada lawan tuturnya, yaitu metafora binatang piaraan (asèe ‘anjing’ dan mie ‘kucing’), metafora binatang ternak (kamèng ‘kambing’, aneuk iték ‘anak itik’, iték ‘itik/bebek’, manok ‘ayam’, keubeue ‘kerbau’, dan leumo ‘lembu’), dan metafora binatang liar (gajah ‘gajah’, bue ‘monyet’, abô ‘siput’, buya ‘buaya’, rimueng ‘harimau’, bui ‘babi’, cangguek ‘kodok’, dan tupè ‘tupai’). Penggunaan metafora binatang tersebut dapat dikatakan berkonotasi positif. Makna dan maksud yang ditamsilkan pada binatang tersebut bertujuan untuk membimbing, menasihati, dan memberi motivasi. Kata Kunci: metafora binatang, ungkapan, bahasa Aceh AbstractThe people of Aceh often use verbal symbols that are displayed on animals when communicating or conveying messages. This study aims to classify and describe the character and actions of a person who are seen as positive ones that should be imitated, or those that are seen as negative ones that should be avoided. This study used qualitative research methods. Data in the form of written data and oral data. The written data was obtained from Acehnese folklore and Acehnese proverbs published by the Regional Cultural Research and Recording Project. Oral data were obtained from informants through interview techniques, non-participating observations, and participating observations. In addition, the author also uses artificial data. The results show that there are three animal metaphors used by the Acehnese people when conveying messages to their interlocutors, consisting of metaphor of pets (asèe 'dog' and mie 'cat'), metaphor of livestock (kamèng 'goat', aneuk iték 'duck child'. ', iték 'duck/duck', manok 'chicken', keubeue 'buffalo', and leumo 'lembu'), and wild animal metaphors (elephant 'elephant', bue 'monkey', abô 'snail', buya 'crocodile' , rimueng 'tiger', bui 'pig', cangguek 'toad', and tupè 'squirrel'). The use of the animal metaphor can be said to have a positive connotation. The meaning and intent that is displayed on the animal aims to guide, advise, and motivate.Keywords: animal metaphors, expressions, Acehnese language
CITATION STYLE
Iqbal, M., & Mulyadi, M. (2022). Metafora binatang dalam ungkapan idiomatik bahasa Aceh. LITERA, 21(3), 255–267. https://doi.org/10.21831/ltr.v21i3.50346
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.