Peradaban yang kuat dan hegemonik akan mempengaruhi konsep sains dan basis epistemologi dunia secara umum. Saat ini, Barat telah menahbiskan diri sebagai satu kekuatan peradaban yang tampil superior menguasai segala aspek kehidupan manusia. Sejarah panjang perjalanannya bermula dari asimilasi Yunani-Romawi, kelamnya penindasan hegemoni Gereja (the dark ages), dan beralih menuju zaman ‘terlahir kembali’ (renaisance) yang anti sains dan anti Tuhan (agama). Fase inilah yang melatarbelakangi babak baru dalam sejarah peradaban Barat yang dinamakan modernisme-postmodernisme sekular. Inilah wajah peradaban Barat yang sesungguhnya; anti Tuhan. Segala hal yang berbau agama dan identik dengan otoritas Tuhan harus dienyahkan dari realitas manusia. Tuhan telah mati, kata Nietzche. Tuhan tidak lagi berhak mengatur manusia (teosentris), manusia dituhankan, Tuhan pun dimanusiakan (humanisme). Pandangan hidup (worldview) inilah yang diterapkan Barat dalam sains modern. Pandangan yang kental aroma sekularisme, rasionalisme, empirisme, relativisme, cara berpikir dikotomis, desakralisasi dan penafian kebenaran metafisis. Dimensi inilah yang berbenturan secara konsepsi dalam epistemologi Islam. Ironisnya, sarjana Muslim dan Perguruan Tinggi Islam kadang terpengaruh dalam kerangka berpikir tersebut yang justru sering kali muncul pemikiran-pemikiran dekonstruktif terhadap keilmuan Islam itu sendiri.
CITATION STYLE
Azhari, A. (2022). Sekularisasi Sains Modern. TADRIBUNA: Journal of Islamic Education Management, 2(1), 34–45. https://doi.org/10.61456/tjiec.v2i1.44
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.