Para tokoh astronom Muslim telah memainkan peran yang penting dalam peradaban Islam, salah satunya yaitu dalam perkembangan dan kemajuan astronomi, khususnya ilmu Falak. Beberapa dari mereka telah menyumbangkan banyak hal dalam rangka memajukan astronomi; baik dari pemikiran, buku, maupun alat pendukung untuk mempermudah astronomi dan Falak. Teori-teori para astronom Muslim ini digunakan sebagai panduan dan masih dipelajari hingga saat ini. Salah satu tokoh paling menonjol dari para astronom Muslim pada abad keempat belas adalah Ibn Al-Shāṭir. Ibn Al-Syāṭir adalah pelopor pembentukan teori heliosentris yang memecahkan teori Geosentris Ptolemy. Namun demikian, ternyata sejarah lebih akrab dengan Nicholas Copernicus sebagai penemu awal teori heliosentris. Berdasarkan hal itu, penulis ingin membahas tentang pemikiran Ibnu Al-Syāṭir dan kontribusinya terhadap kemajuan astronomi. Penulis menemukan bahwa Ibn Al-Shāṭir adalah seorang tokoh yang mengkritik teori geosentris Ptolemeus, ia memetakan gerakan planet-planet di ruang angkasa sampai teori heliosentris didirikan, sekitar 2 abad sebelum Nicolas Copernicus. Ibnu Al-Syāṭir berhasil menulis beberapa buku seperti Nihāyat al-Sūl Fi Tashih al- Usul serta menciptakan alat pendukung dalam astronomi dan Falak; astrolabe dan sundial (jam matahari).
CITATION STYLE
Halimah, S. N. (2018). Benang Merah Penemu Teori Heliosentris: Kajian Pemikiran Ibn Al-Syāṭir. Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam Dan Ilmu-Ilmu Berkaitan, 4(1), 135–145. https://doi.org/10.30596/jam.v4i1.1939
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.