This paper aims to find out how non-Muslim countries such as Japan and Germany develop the halal tourism industry and highlight the narratives of halal tourism in both non-Muslim countries. This study has been done qualitatively in focus on the literature review and discourse analysis method as the main approach. Over time, the halal label has been led to be an inseparable aspect of lifestyle segment in certain society. It did not occur only in the food industry, but also been penetrated into various other industries, one of those is known as halal tourism. According to Global Muslim Tourist Index (GMTI), this phenomenon is not only the Muslim countries Phenomenon, but also increase in the non-Muslim countries. The halal tourism business is expanding and start to be the main economical income by Muslim minority countries, including Japan and Germany. The presence of these two countries in developing halal tourism is unique, because it is not a country with a Muslim majority, but it is precisely the target of foreign Muslim tourists, including Indonesians. Although Indonesia has been named the best halal destination according to GMTI, in fact the interest in halal tourism developed by Japan and Germany is far more promising. No doubt this has become a challenge for Indonesia to enter the this global market competition. Therefore, compared to following the market trend with profit oriented, Indonesia as a Muslim-majority country should deliver halal tourism towards the target of justice and welfare of the people.Tulisan ini bertujuan untuk memahami wacana dan kepentingan yang mengiringi perkembangan wisata halal di Jepang dan Jerman, sebagai negara non-muslim. Hal ini dikarenakan, meskipun berstatus negara non-muslim, keduanya mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam hal pengembangan dan tingkat kedatangan turis muslim. Dengan menggunakan pendekatan teori hegemoni oleh Laclau dan Mouffe yang menekankan pada aspek logic of difference dan chain of equivalent sebagai kunci utama internalisasi wacana hegemonik, tulisan ini dimaksudkan untuk melihat beragam wacana dan kepentingan mengiringi perkembangan wisata halal, baik yang tersirat maupun tersurat. Untuk mancapai tujuan tersebut, metode pengumpulan data akan dilakukan dengan studi kepustakaan yang fokus pada beragam artikel, berita, serta laporan-laporan terkait perkembangan industri pariwisata halal di Jepang dan Jerman. Dari berbagai data dan analisa, tampak jelas bahwa meskipun ada beragam wacana dan kepentingan, perbedaan tersebut berada dalam wacana besar neoliberalisme. Sehingga, wisata halal di negara non-muslim dapat dipahami sebagai sebuah wacana hegemonik yang hanya menguntungkan negara dan pasar tetapi mengesampingkan masyarakat. Dengan belajar dari temuan tersebut, Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar diharapkan mampu mengembangkan industri wisata halal yang ramah, bukan hanya kepada turis dan pemodal, melainkan juga pada masyarakat sebagai garda terdepan industri wisata halal.
CITATION STYLE
Rahmah, H., & Tapotubun, H. H. (2020). NARASI INDUSTRI PARIWISATA HALAL DI NEGARA JEPANG DAN JERMAN. Jurnal Sosiologi Reflektif, 14(2), 287–306. https://doi.org/10.14421/jsr.v14i2.1830
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.