“LATHAK” LIMBAH ZAT WARNA INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA BATIK (Studi Kasus di Rumah Produksi Batik Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah)

  • Nugraheni W
  • Santoso R
  • Handayani S
N/ACitations
Citations of this article
31Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Limbah yang berasal dari zat warna alami tanaman indigofera disebut lathak. Untuk mengetahui zat warna yang terkandung masih layak atau tidak untuk digunakan kembali, menarik dikaji lebih dalam. Penelitian ini bertujuan mengetahui proses pewarnaan menggunakan lathak, serta pengaruh jumlah pencelupan dan jenis material fiksasi yang tepat terhadap uji ketahanan luntur warna.Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif eksperimen merujuk Hendri Suprapto. Uji laboratorium menyatakan bahwa lathak masih mengandung indigotin 62,58%. Dengan demikian, lathak masih berpotensi dapat digunakan kembali sebagai pewarna kain. Perancangan desain motif batik tulis yang menggambarkan proses pewarnaan alami, diterapkan pada kain berukuran 110cm x 240cm.Hasil uji ketahanan luntur gosokan dengan skala staining scale pewarnaan terbaik adalah fiksator tunjung memiliki nilai 3 (cukup) pada pencelupan 24x. Uji ketahanan pencucian dengan skala staining scale dan grey scale, hasil terbaik adalah fiksator kapur bernilai 4-5 (baik) pada pencelupan 48x. Pewarnaan menggunakan lathak dan tunjung sebagai fiksator dengan kombinasi pencelupan 24x dan 48x diterapkan dalam produksi kain jarik. Kata kunci: lathak, indigotin, fiksator.

Cite

CITATION STYLE

APA

Nugraheni, W. T., Santoso, R. E., & Handayani, S. R. (2020). “LATHAK” LIMBAH ZAT WARNA INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA BATIK (Studi Kasus di Rumah Produksi Batik Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah). Ornamen, 16(2). https://doi.org/10.33153/ornamen.v16i2.2929

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free