Interaksi sosial catcalling terhadap perempuan berpenampilan syar’i di kota Medan

  • Nugraha A
  • Zuhriah Z
N/ACitations
Citations of this article
47Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Catcalling adalah bentuk pelecehan seksual verbal yang mayoritas dihadapi perempuan di depan umum. Catcalling ini tidak bisa dipisahkan dari perempuan dengan jajanan syar'i. Karena pakaian mereka, keberadaan wanita dengan penampilan syariah terpinggirkan. Oleh karena itu, fokus penelitian ini adalah interaksi sosial catcalling terhadap perempuan yang berpenampilan syar'i. Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan wawancara mendalam atau teknik wawancara mendalam dengan informan untuk menggali informasi dan mendukung penelitian. Selain itu, penulis menggunakan teknik bola salju untuk menentukan informan penelitian dengan karakteristik yang diinginkan. Penulis menggunakan teori yang dikembangkan oleh Patricia Hill Collins untuk menjelaskan interaksi sosial tentang penindasan yang dialami perempuan sebagai akibat dari penindasan berbasis gender, dan bagaimana perempuan mengalami penindasan secara berbeda sebagai akibat dari berbagai ketidaksetaraan sosial lainnya, berdasarkan hasil analisis data. Selain itu, didukung oleh teori motif Alfred Schutz, yang menyatakan bahwa perilaku seseorang saat ini dipengaruhi oleh motivasi masa lalu mereka. Kondisi yang salah dalam perilaku masa lalu yang kemudian berkembang dengan motif saat ini berdampak pada teori motivasi yang digunakan. Akibatnya, catcalling tetap undervalued dan dianggap sebagai lelucon. Adanya bias gender dalam persepsi laki-laki terhadap perempuan ditunjukkan oleh hal ini. Pada kenyataannya, perempuan tidak melaporkan beratnya perlakuan mereka kepada pihak berwenang karena kerangka hukum seputar catcalling masih belum memadai. Mereka hanya bisa mencoba membela diri dengan menghindari daerah sepi dan bepergian dalam kelompok.   Catcalling is a form of verbal sexual harassment that most women face in public. Catcalling is inseparable from women with syar'i snacks. Because of their clothing, women with a sharia appearance are marginalized. Therefore, the focus of this study is public catcalling of women with a natural syar'i appearance. In the data collection process, authors use in-depth interviews or in-depth interview techniques with informants to explore information and support research. In addition, the authors use the snowball technique to determine research informants with desired characteristics. The authors use a theory developed by Patricia Hill Collins to explain social interactions about the oppression women experience due to gender-based oppression and how women experience oppression differently due to various other social inequalities, based on the results of data analysis. In addition, it is supported by Alfred Schutz's motive theory, which states that a person's current behaviour is influenced by their past motivations. False conditions in past behaviour that then develop with current motives impact the theory of motivation used. As a result, catcalling remains undervalued and is considered a joke. This shows the existence of gender bias in men's perceptions of women. In reality, women do not report the severity of their treatment to authorities because the legal framework around catcalling is still inadequate. They can only try to defend themselves by avoiding deserted areas and travelling in groups.

Cite

CITATION STYLE

APA

Nugraha, A., & Zuhriah, Z. (2023). Interaksi sosial catcalling terhadap perempuan berpenampilan syar’i di kota Medan. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 7(1), 276–284. https://doi.org/10.22219/satwika.v7i1.25781

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free