The existence of the temple in Jerusalem was closely related to Jewish worship, because the temple was the center of Israel's worship. The Jews living in exile, as well as those who remained in a post-exilic foreign land, had no temple nearby, apart from the existence of a synagogue. Furthermore, foreign nations took turns ruling over the Jews. This raises the question of how their worship was under foreign domination. This paper has been compiled as a result of literature research, to describe how the Jews worshiped during the intertestamental times. The results showed that worship, politics and culture are related in their implementation. In some instances, the priest as leader of Israelite worship had to deal with political affairs, and in other cases the faith of the Israelites was undermined by Hellenism. Keberadaan bait suci di Yerusalem sangat terkait dengan ibadah orang Yahudi, karena bait suci tersebut adalah pusat ibadah orang Israel. Orang-orang Yahudi yang hidup dalam pembuangan maupun mereka yang tetap tinggal di negeri asing pasca-pembuangan, tidak memiliki bait suci di dekat mereka, selain keberadaan sinagoge. Lebih jauh, bangsa asing silih berganti memerintah atas orang-orang Yahudi. Hal ini memunculkan pertanyaan, bagaimana ibadah mereka di bawah dominasi bangsa asing. Tulisan ini disusun sebagai hasil penelitian pustaka, untuk mendeskripsikan bagaimana orang-orang Yahudi beribadah selama masa intertestamental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibadah, politik, budaya memiliki keterkaitan dalam pelaksanaannya. Dalam beberapa kejadian, imam sebagai pemimpin ibadah orang Israel harus bersinggungan dengan urusan politik, dan dalam kasus yang lain iman orang Israel tergerus oleh Helenisme.
CITATION STYLE
Tobing, M. A. (2020). Studi Historis Ibadah Orang Yahudi pada Masa Intertestamental. Jurnal Teologi Berita Hidup, 3(1), 96–109. https://doi.org/10.38189/jtbh.v3i1.65
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.