"Ritus Barong”, adalah judul yang dipilih untuk garapan tari ini. Karya ini menggambarkan tentang tahapan sakral Barong Ket yang ada di desa Singapadu, Kabupaten Gianyar, Bali. Tahapan tersebut berupa tahap ngetus (melepas bagian barong), tahap ngatep (memasang kembali bagian tersebut), dan tahap nyambleh (menyucikannya kembali). Prosesi ini sangat sakral bagi masyarakat Singapadu. Singapadu terkenal dengan kesenian dan tradisi budaya barongnya. Barong yang disakralkan sudah menjadi kebanggaan budaya Singapadu.Barong menjadi inspirasi untuk menciptakan sebuah karya tari, berawal dari kesenangan penata menari dan mengikuti kunjungan spiritual Barong Ket Singapadu. Barong identik dengan suara-suara gongseng yang menambah kesan sakral dan magis. Pengolahan gongseng tersebut sebagai pendukung musikalitas karya tari yang banyak memainkan musik-musik internal, dari tubuh penari itu sendiri. Gongseng merupakan salah satu bagian terpenting dari barong. Oleh karena itu, penggunaan properti gongseng dengan rasa musikalitasnya digarap sebagai studi gerak kaki.Karya tari “Ritus Barong” merupakan koreografi garap kelompok dengan sepuluh penari laki-laki. Tujuh orang laki-laki sebagai penari inti, pada saat tertentu menggambarkan kebersamaan warga masyarakat Singapadu, dua orang penari sebagai penari barong dan seorang penari rangda. Melalui karya ini diharapkan muncul regenerasi penari barong setidaknya penari menguasai unsur-unsur gerak tari Barong.
CITATION STYLE
Putra, I. G. R. (2017). Ritus Barong. JOGED, 9(1), 429. https://doi.org/10.24821/joged.v9i1.1671
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.