AbstrakKesenian Beluk merupakan salah satu jenis tembang Sunda yang banyak mempergunakan nada-nada tinggi. Kesenian ini biasa diselenggarakan pada waktu syukuran, terutama syukuran bayi berumur 40 hari setelah kelahiran. Beluk dipertunjukan oleh paling tidak 4 orang dan dibantu oleh seorang juru ilo “tukang baca” buku yang disebut wawacan yang ditulis dengan huruf Arab (Pegon) berbahasa Sunda, dan 17 aturan pupuh di dalamnya. Biasa dipertunjukkan pada pada malam hari sekira pukul 19.30 sampai pukul 04.00 subuh hari. Pada awalnya kesenian Beluk hidup di dalam masyarakat agraris, terutama ladang dan huma, tetapi pada saat ini kesenian Beluk ini masih dapat bisa ditemui pada perayaan-perayaan besar misalnya di perayaan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Alasan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai upaya mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang kesenian Beluk di Desa Ciapus, Banjaran Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, pengamatan, dan studi pustaka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesenian beluk di Desa Ciapus sepanjang perjalanan sejarahnya masih tetap bertahan dan menunjukan eksistensinya.AbstractBelukis a kind of Sundanese song which uses high tones. This kind of artis usually held at the time of celebration, especially thanks giving for the birth of an infant 40 days after the day of its birth. It is usually performed at night until the dawn (between 19.30 – 04.00) by at least 4 people assisted by an interpreter (juruilo), the man who reads a book called wawacan. Wawacan is written in Sundanese using the Arabic alphabet called pegon and it has 17 kinds of stanzas (pupuh). Formerly, beluk existed in an agrarian society, but today it can still be performed on sucha large feasts like the anniversary ofIndonesia‟s independence day. The aim of this study is to gain more comprehensive information about belukin CiapusVillage in Banjaran, the Regency of Bandung. The author conducted descriptive qualitative approach and data were collected through interviews, observations, and bibliographical study. The result of this study indicates that beluk has been survived in the course of history.
CITATION STYLE
P., S. A. (2013). KESENIAN BELUK DI DESA CIAPUS KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN BANDUNG. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 5(2), 327. https://doi.org/10.30959/patanjala.v5i2.147
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.