Kesenian kentrung merupakan sastra tutur yang di dalamnya menggunakan cerita, pantun, dan instrumen rebana. Aspek musikalnya dapat dilihat dari penyajian cerita dan pantun yang dinyanyikan, serta dari permainan instrumen rebana yang berfungsi sebagai visualisasi cerita dan membentuk pola irama. Perilaku manusia yang mengkomunikasikan berbagai simbol-simbol bermakna dalam proses interaksi sosialnya, juga dapat dilihat pada saat pertunjukan kesenian kentrung. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis pertunjukan kesenian Kentrung di Kabupaten Jepara yang dikaji menggunakan teori interaksionisme simbolik dari Blumer. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan desain penelitian studi kasus interpretatif, sedangkan pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumen yang relevan untuk menjawab rumusan masalah. Hasil penelitian ini antara lain 1) interaksi simbolik antara pemain dengan leluhur melalui syair yang dinyanyikan oleh seniman pada awal dan akhir pertunjukan sebagai simbol penghormatan, permohonan izin, dan mendapatkan keselamatan selama pertunjukan berlangsung dalam interaksinya dengan Tuhan maupun leluhur yang berada pada tempat pertunjukan; 2) interaksi simbolik antara pemain dengan penonton melalui pertukaran simbol yang diberi makna dalam membentuk perilaku antar individu; dan 3) interaksi simbolik antara pemain dengan pemain melalui teks cerita, pantun, dan pola permainan instrumen rebana sebagai simbol dalam proses komunikasi untuk menyajikan pertunjukan yang harmonis, estetis, dan membentuk cerita yang utuh.
CITATION STYLE
Harwanto, D. C. (2021). Kesenian Kentrung di Kabupaten Jepara: Kajian Interaksionisme Simbolik. Tonika: Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Seni, 4(1), 52–66. https://doi.org/10.37368/tonika.v4i1.255
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.