PENILAIAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK MENENTUKAN WILAYAH KONSERVASI IKAN BELIDA (Chitala lopis) DI SUNGAI KAMPAR, RIAU

  • Wibowo A
  • Subagja S
N/ACitations
Citations of this article
7Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Populasi ikan belida yang menurun sehinggamemerlukan strategi pengelolaan yang tepat melalui penetapan wilayah konservasi. Pemilihan wilayah konservasi dapat dilakukan melalui penilaian kondisi habitat dikaitkan dengan faktor kondisi ikan belida. Penelitian ini bertujuan mengetahui indeks kualitas perairan kondisi habitat dan keterkaitannya dengan faktor kondisi ikan belida di Sungai Kampar. Penelitian dilakukan dari bulan Mei 2009 sampai dengan November 2010 dengan interval pengambilan sampel setiap 3 bulan sekali. Pengamatandilakukan pada lima stasiun di Sungai Kampar Propinsi, Riau. Parameter lingkungan yang diamati adalah suhu, kedalaman, kecepatan arus, pH, oksigen terlarut, turbiditas, alkalinitas, amoniak dan vegetasi tepian. Data sekunder yang dikoleksi adalah curah hujan dan debit air sedangkan data sekunder yang terkait ikan berupa nilai koefisien pertumbuhan, faktor kondisi, nilai b, luas relung dan indeks kepenuhan lambung. Penilaian kondisi perairan dilakukan dengan metode skoring dengan pembobotan. Keterkaitan antara kondisi perairan dengan faktor kondisi ikan dilakukan dengan menggunakan analisa komponen utama dan analisa kluster.Hasil pengamatan kualitas lingkungan perairanmenunjukkan StasiunKuala Tolammemiliki nilai indeks kualitas lingkungan perairan yang terbaik sedangkan Stasiun Teso dan Rantau Baru yang paling buruk. Nilai K memiliki keterkaitan yang paling kuat dengan indeks kualitas lingkungan. Berdasarkan penilaian kondisi habitat yang paling baik, Stasiun Kuala Tolamdi Sungai Kampar Propinsi. Riau merupakan kandidat yang tepat untuk direkomendasikan sebagai wilayah konservasi ikan belida.Declining giant featherback populations require appropriate management strategiy and zoning for conservation. The selection of conservation areas can be done through habitat assesment is linked to condition factor of giant featherback. This study aims are to determine the water quality index of habitat condition and its association with giant featherback in Kampar River. The study was conducted from May 2009 to November 2010 with a sampling interval of once every 3 months. Observations was conducted at five stations in KamparRiver, Riau Province. The environmental parameters such as temperature, depth, flow velocity, pH, O2 turbidity, alkalinity, ammonia and riparian vegetation were measured. Rainfall and water discharge were collected assecondary data of environmental parameter.While fish-related coefficient growth, condition factor, the b value, broad niches and stomach fullness index were conjoined as secondary data from fish perspective. Assessment of water quality were conducted using the weighting scoring method. The relationship analysis of between water quaility and condition factor was performed using principal component analysis and cluster analysis. The results reveal that Kuala Tolam has the highest water quality index, opposite to Teso and Rantau Baru sampling station, where as these two station display the worst. Based on the assessment, Kuala Tolam stasion is the most suitable candidate designated as conservation area. It was summary that water quality index related to giant featherback’s growth (b value and K value), with the strongest relationship with K value.

Cite

CITATION STYLE

APA

Wibowo, A., & Subagja, S. (2015). PENILAIAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK MENENTUKAN WILAYAH KONSERVASI IKAN BELIDA (Chitala lopis) DI SUNGAI KAMPAR, RIAU. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, 6(1), 1. https://doi.org/10.15578/bawal.6.1.2014.1-9

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free