Gold mining exploration on Sumba Island occurred in 2007-2015. Worries about negative environmental impacts and uncontrolled social change have led to the rejection of the local community who was assisted by the Sumba Christian Church (GKS). In this context, GKS developed an environmental advocacy attitude for local communities by prioritizing eco-theological principles based on Sumba's local wisdom. This struggle succeeded in pushing the Government of all levels to permanently revoke the gold mining exploration business license on the island of Sumba. It was this success that prompted the conduct of research with the aim of reconstructing the GKS eco-theological principles based on local wisdom in the context of Sumba. The research method used is a qualitative ethnographic method to investigate society and culture by examining human, interpersonal, social and cultural in all its complexity. Based on the research conducted, it was concluded that GKS has developed an eco-theology based on local wisdom by articulating the spirituality of Wanggameti. Wanggameti's spirituality refers to the woven socio-religious meaning of the people of Sumba (Local Wisdom). Wanggameti's spirituality forms the frame of GKS's theological arguments in rejecting gold mining exploration on the island of Sumba. Wanggameti's spirituality is the frame of GKS's eco-theology which is expressed in the ideas, attitudes and actions of GKS in rejecting gold mining exploration in the 2010-2015 period.Ekplorasi pertambangan emas di Pulau Sumba terjadi pada tahun 2007-2015. Kekuatiran akan dampak negatif lingkungan dan perubahan sosial yang tidak terkendali telah mendorong terjadinya penolakan masyarakat lokal yang didampingi oleh Gereja Kristen Sumba (GKS). Dalam konteks ini, GKS mengembangkan sikap advokasi lingkungan bagi masyarakat lokal dengan mengedepankan prinsip-prinsip ekoteologi yang berbasiskan kebijaksanaan lokal Sumba. Perjuangan tersebut berhasil mendorong Pemerintahan semua level untuk mencabut ijin usaha eksplorasi pertambangan emas secara permanen di pulau Sumba. Keberhasilan inilah yang mendorong dilakukannya penelitian dengan tujuan untuk merekonstruksi prinsip-prinsip eko-teologi GKS yang berbasiskan kebijaksanaan lokal dalam konteks Sumba. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif etnografi untuk menyelidiki masyarakat dan budaya dengan pengujian manusia, interpersonal, sosial dan budaya dalam segala kerumitannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa GKS telah mengembangkan eko-teologi berbasiskan kebijaksanaan lokal dengan mengartikulasi spiritualitas wanggameti. Spiritualitas Wanggameti menunjuk pada tenunan makna sosio-religius masyarakat Sumba (Local Wisdom). Spiritualitas Wanggameti menjadi bingkai argumentasi teologis GKS dalam penolakan eksplorasi pertambangan emas di pulau Sumba. Spiritualitas Wanggameti menjadi bingkai eko-teologi GKS yang terkepresikan dalam gagasan, sikap dan aksi GKS dalam melakukan penolakan eksplorasi pertambangan emas pada kurun waktu 2010-2015.
CITATION STYLE
Ranggalodu, F. I., & Tampake, T. (2023). Spiritualitas Wanggameti : Bingkai Eko-Teologia Gereja Kristen Sumba dalam Penolakan Pertambangan Emas di Sumba. LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial Dan Budaya, 6(2), 111–129. https://doi.org/10.53827/lz.v6i2.122
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.