Data antropologi, demografi dan perilaku ekonomi masyarakat kudus menunjukkan bahwa masyarakat Kudus adalah komunitas yang bercirikan sosial santri- muslim yang bertumpu pada bidang usaha industri pengolahan (62,72 %) dan perdagangan (24,12 %). Perilaku tersebut dibangun di atas fondasi tradisi lokal Gusjigang. Hubungan antara basis tradisi (local value) dan potensi masyarakatnya (local asset) dengan pelaksanaan industrialisasi seringkali dengan differensiasi structural yang patut dicermati secara serius, terutama ketika hal tersebut berada dalam cengkeraman globalisasi. Intensitas dan cakupan globalisasi ternyata menyentuh hampir seluruh sendi kehidupan. Tidak hanya bidang ekonomi, bisnis, budaya, politik, ideologi, melainkan juga telah menjamah ke tataran systems, processes, actors, dan events. Tulisan ini menyajikan data bahwa tradisi Gusjigang mampu dipertahankan dengan baik, sehingga industrialiasasi di Kabupaten Kudus bisa dijadikan model yang relevan sesuai dengan potensi dan karakter masyarakatnya. Selain itu gusjigang sebagai nilai-nilai kearifan lokal dapat dijadikan sebuah pijakan untuk pengembangan sebuah pembelajaran yang lebih berkarakter. Kebermaknaan pembelajaran dengan lingkup kearifan lokal akan menampilkan sebuah dimensi pembelajaran yang selain memacu keilmuan seseorang, juga sekaligus bisa mendinamisasi keilmuan tersebut menjadi kontekstual dan ramah budaya daerah.
CITATION STYLE
Ihsan, M. (2018). GUSJIGANG; KARAKTER KEMANDIRIAN MASYARAKAT KUDUS MENGHADAPI INDUSTRIALISASI. IQTISHADIA, 10(2), 153. https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v10i2.2862
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.