Kita tahu Alloh memberikan penglihatan dan pendengaran, yang berfungsi sebagai sarana pendidikan yang berkaitan erat dengan meniru. Akal yang belum sempurna untuk anak-anak menjadi hal yang tidak begitu penting untuk memahami sesuatu tetapi contoh atau keteladanan yang ditiru menjadi penting untuk anak dalam beraktifitas. Pembiasaan yang baik, yang dilihat dan didengar oleh anak menjadi teladan untuk anak meskipun akalnya belum memahami. Kebiasaan (habits) yang diulang terus menerus akan bersemayam di otak bawah sadar anak, sehingga akan dapat menuntun anak terbiasa melakukan hal-hal yang baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa di setiap zaman pendidikan berbasis religiusitas sangat dibutuhkan oleh institusi pendidikan. Program ini selalu mengikuti pergerakan zaman, apalagi di zaman sekarang (generasi 4.0). Anak-anak, khususnya jenjang Sekolah Dasar harus beradaptasi secara kondisional dengan zamannya. Kurikulum yang diprogramkan di jenjang Sekolah Dasar relatif sama, namun perbedaanya pada kurikulum muatan lokal. Pihak sekolah diberikan kebebasan untuk memberikan pendidikan muatan lokal sesuai keadaan serta kebutuhan. Pendidikan muatan lokal berbasis religius dipilih sebagai upaya agar siswa tidak lepas dari aturan agamanya di setiap aktivitas kehidupannya sehari-hari.
CITATION STYLE
Hastomo, W. (2023). IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS BEHAVIORISTIK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SD MUHAMMADIYAH KUTOARJO. SUHUF, 34(2), 141–150. https://doi.org/10.23917/suhuf.v34i2.20950
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.