Latar Belakang: Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan kejadian resistensi antibiotik yang pada akhirnya meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan. WHO telah merekomendasikan untuk dilakukan kajian rasionalitas penggunaan antibiotik dalam rangka mengatasi masalah resistensi antibiotik. Tujuan: Menganalisis kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik di instalasi rawat inap Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND). Metode: Penilaian kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik dilakukan berdasarkan DDD/100 pasien–hari dan kriteria van der Meer–Gyssens. Penelitian dilakukan secara retrospektif pada 86 rekam medis pasien yang didapatkan dengan metode consecutive sampling. Hasil: Terdapat 141 peresepan antibiotik dalam 86 rekam medis. Azithromycin, levofloxacin, dan ceftriaxone merupakan antibiotik terbanyak yang digunakan dengan nilai DDD/100 pasien–hari 48,12; 44,01; dan 21,13. Berdasarkan kriteria Gyssens, 35,4% penggunaan antibiotik dengan bijak, 51,1% penggunaan antibiotik dengan tidak bijak, dan 13,5% tidak ada indikasi penggunaan antibiotik. Berdasarkan tipe terapi didapatkan ADE 89,4% dan ADET 10,6%. Kesimpulan: Secara kuantitas, antibiotik yang paling banyak digunakan adalah azithromycin. Secara kualitas, 35,4% antibiotik digunakan dengan bijak berdasarkan kriteria Gyssens. Kata kunci: DDD/100 pasien-hari; kriteria Gyssens; penggunaan antibiotik; penyakit dalam
CITATION STYLE
Putra, D. E., Pramudo, S. G., Arkhaesi, N., & Retnoningrum, D. (2021). POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIK DI ERA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO). Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine, 8(2), 194–199. https://doi.org/10.36408/mhjcm.v8i2.578
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.