The study is entitled The Meaning of Anointing According to 1 John 2:20, 27. The background of this study is the obscurity found in the usage of the term anointing among Christians, whether in casual conversation or in prayer in which the purpose is uncertain. The obscurity and ambiguity in the understanding of anointment tend to result in unrighteous behavior in Christian life. Based on that issue the writer undertook to research the usage of the term concerned especially in the New Testament. The writer has found the usage of the term in 1 John 2:20. By using the inductive interpretation method: literal, grammatical, contextual, historical, and theological and also do observations through multiple interpretations comparison, the writer has found that the anointment is referred to be used connotatively to depict the help from the Holy Spirit in every believer’s life. This anointment is closely related to teaching and the righteousness of teaching. The anointment happens once and permanent in a believer’s only life. This is identical to sealing and the Holy Spirit that resided in the believers. The anointing in 1 John 2:20 is chrism. Chrism is a noun that refers to the oil that is used in an anointing event. John states that a believer is already and receiving the chrism – the anointing oil – in the believer’s running life. Believers need to believe that God’s anointing has been done, is happening, resides to be with every believer in righteous life as a person who believes that Jesus is God.Judul bahasan adalah Makna Pengurapan Menurut 1 Yohanes 2:20, 27. Latar belakang pembahasan adalah adanya kesamaran penggunan istilah pengurapan dalam kehidupan masyarakat Kristen baik dalam percakapan maupun dalam doa- doa yang diucapkan secara samar. Kesamaran dan kerancuan dalam pemahaman tentang pengurapan cenderung menimbulkan perilaku yang tidak diharapkan dalam kehidupan masyarakat Kristen. Penyimpangan dan penyesatan bahkan perpecahan, perpindahan serta kecurigaan antar sesama orang percaya dapat terjadi dalam kehidupan masyarakat Kristen. Bertolak dengan hal tersebut maka penulis berusaha menelusuri penggunaan istilah pengurapan tersebut khususnya dalam Perjanjian Baru. Penulis menemukan istilah pengurapan dalam 1 Yohanes 2:20. Dengan menggunakan metode penafsiran induktif: literal, gramatikal, kontekstual, historikal, dan teologi serta memperhatikan pandangan beberapa penafsir penulis menemukan bahwa pengurapan yang dimaksud ternyata digunakan secara konotatif untuk menggambarkan pertolongan Roh Kudus dalam hidup setiap orang percaya. Pengurapan erat berhubungan dengan pengajaran dan kebenaran ajaran. Pengurapan sekali terjadi dan bersifat permanen dalam sepanjang hidup orang yang percaya. Pengurapan ini identik dengan pemeteraian dan pendiaman Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Pengurapan dalam 1 Yohanes 2:20 adalah krisma. Krisma ini adalah kata benda dan menunjuk kepada minyak yang digunakan dalam peristiwa pengurapan. Yohanes menyatakan bahwa orang percaya sudah dan sedang menerima krisma yaitu minyak urapan dalam rentang kehidupannya. Dengan demikian sebenarnya orang percaya tidak perlu berulang-ulang meminta dan mengharapkan terjadinya pengurapan dalam kehidupannya. Orang percaya perlu mengimani bahwa pengurapan Allah sudah dan sedang terjadi serta menuntun setiap orang percaya dalam kehidupan yang benar sebagai orang yang sudah percaya bahwa Yesus itu Tuhan.
CITATION STYLE
Surahmiyoto, T. (2019). Makna Pengurapan Menurut 1 Yohanes 2:20, 27. HUPERETES: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen, 1(1), 39–48. https://doi.org/10.46817/huperetes.v1i1.15
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.