Hubungan antara Bani Alawi (Bā ‘Alawī) dan para ulama Nahdlatul Ulama (NU) telah terdokumentasi di banyak catatan sejarah Indonesia. Namun begitu, bagaimana awalnya hubungan itu bisa terjalin dan atas motif apa belum diketahui secara rinci. Dalam edisi nomor 2, Juli 2022 ini, tim editor Tebuireng Journal of Islamic Studies (TJISS) memublikasikan edited transcript webinar tentang sejarah hubungan habaib dan NU yang dilaksanakan pada 20 Desember 2020 oleh Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy). Transkrip ini merupakan presentasi Ismail Fajrie Alatas, salah satu dewan editor TJISS, yang saat ini bekerja sebagai Assistant Professor of Middle-Eastern & Islamic Studies di New York University, Amerika Serikat. Alatas banyak menulis karya akademik baik dalam bentuk buku maupun jurnal dengan fokus tema Islam di wilayah Samudra Hindia khususnya hubungan historis maupun kontemporer antara Asia Tenggara dan jazirah Arab bagian selatan (South Arabia). Tulisan-tulisan Alatas mengkaji persinggungan antara otoritas keagamaan, formasi sosial, mobilitas, semiotika, dan praktik komunikatif dengan fokus pada hukum Islam, sufisme, dan diaspora Hadrami (komunitas yang menelusuri asal-usulnya hingga ke lembah Hadramaut, Yaman Selatan) di Indonesia. Dalam perbincangan yang dilakukan dalam forum webinar tersebut, Alatas menjelaskan bahwa hubungan awal habaib dan ulama yang di kemudian hari mendirikan jamiyah Nahdlatul Ulama terbentuk sebagai tantangan terhadap “Islam Jawa” ala keraton yang mendominasi Nusantara pada abad ke-18 dan 19.
CITATION STYLE
Alatas, I. F., As’ad, M., & Karyadi, F. (2022). Sejarah Hubungan Habaib dan Nahdlatul Ulama (NU). Tebuireng: Journal of Islamic Studies and Society, 2(2), 87–101. https://doi.org/10.33752/tjiss.v2i2.2388
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.