Penelitian ini menjelaskan tentang kajian terhadap panenteisme: melestarikan alam ditengah krisis ekologi. Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan (library research), bahwa studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persoalan deforestasi, yaitu kerusakan hutan yang terjadi sekarang ini telah menjadi ancaman serius bahkan telah menjadi sumber terjadinya bencana bagi kehidupan segenap mahluk kedepan. Bencana banjir, tanah longsor, kepunahan, cuaca yang extrim, pemanasan global dan udara yang kotor menjadi bahaya yang akan selalu mengancam kehidupan diatas bumi. Dalam persoalan itu, manusia ternyata tidak hanya sebagai korban tetapi turut serta berperan dalam perbuatan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan hutan yang menjadi penyebab krisis ekologi. Diduga salah satu persoalannya karena pemahaman keagamaan manusia yang melihat Tuhan sebagai Tuhan yang terasing dan jauh dari alam. Akibatnya manusia melihat hutan hanya sebagai objek, materi yang tidak memiliki nilai ilahi dan dapat ditaklukkan serta dikuasai untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan keinginannya. Terhadap persoalan itu diperlukan paham teologis yang relevan dan memberikan sumbangan positif dalam mengatasi krisis ekologi saat ini. Salah satu diantaranya adalah Panenteisme. Panenteisme adalah paham yang melihat bahwa Tuhan hadir dalam seluruh ciptaan dan semua ciptaan ada dalam Tuhan tetapi ciptaan bukanlah Tuhan. Paham ini menjadi paham yang relevan supaya manusia dapat menghargai, menghormati dan melestarikan hutan serta mengelolanya dengan inovatif sesuai kehendak sang pencipta.
CITATION STYLE
Manurung, A. (2022). Panenteisme: Melestarikan Alam di tengah Krisis Ekologi. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(2), 428–434. https://doi.org/10.54371/jiip.v5i2.439
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.