Demam Berdarah Dengue

  • Umar Fahmi Achmadi, Primal Sudjana, Supratman Sukowati, Tri Miko Wahyono, Budi Haryanto, Sigit Mulyono A
N/ACitations
Citations of this article
1Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Demam Dengue telah miningkat dengan faktor (by a factor of) 30 selama 50 tahun terakhir. Insidens Demam Dengue terjadi baik di daerah tropik maupun subtropik wilayah urban, menyerang lebih dari 100 juta penduduk tiap tahun, termasuk 500.000 kasus DBD dan sekitar 30.000 kematian terutama anak anak. Penyakit ini endemik di 100 negara termasuk Asia (WHO, 1999; Xu, 2006). Dengan pemanasan global (Global Warming) dalam mana “biting rate” perilaku menggigit nyamuk meningkat maka akan terjadi perluasan dan eskalasi kasus Demam Dengue. Pemanasan global dan perubahan lingkungan merupakan variable utama penyebab meluasnya kasus kasus Demam Berdarah di berbagai belahan dunia (e.g. Achmadi, 2008 ; Mc Michael, 2008). Di Indonesia, jumlah kasus Demam Berdarah cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya angka demam berdarah di berbagai kota di Indonesia disebabkan oleh sulitnya pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Indonesia merupakan salah satu negara endemik Demam Dengue yang setiap tahun selalu terjadi KLB di berbagai kota dan setiap 5 tahun sekali terjadi KLB besar (e.g. Nainggolan, 2007); Depkes, 2007). Secara universal belum ditemukan adanya vaksin sebagai alat pencegahan penyakit demam dengue maupun demam dengue berdarah ini (Xu et al, 2006; Lei, 2007). Sampai dengan akhir tahun 2008 juga belum ditemukan obat yang secara efektif dapat mengobati penyakit demam dengue. Dewasa ini telah ditemukan metode deteksi dini kasus kasus demam berdarah dengan cara deteksi keberadaan virus, fraksi protein virus Dengue atau antigen captured yang bisa mendeteksi hingga satu hari sebelum demam. Teknik tersebut dikenal dengan deteksi NS1 – atau deteksi protein non structural yang merupakan sisa sisa virus Dengue 1,2,3,4 ketika ber replikasi (Young et al, 2006; Xu et al, 2006; Partakusuma, 2007). Pengendalian penyakit menular akan berjalan efektif kalau penyakit menular yang bersangkutan memiliki metode deteksi dini untuk diagnostik. Alat ini apalagi memiliki alat deteksi yang bersifat rapid bisa di baca dalam hitungan menit, dapat digunakan secara proaktif sebagai alat pencarian sumber penyakit yakni kasus penderita penyakit menular sebagai sumber penularan. Lazim di kenal sebagai alat early diagnostic. Alat deteksi dini akan sangat efektif pula apabila diikuti dengan pengobatan (prompt treatment) secara dini (Achmadi, 2005, Achmadi, 2008). Gabungan keduanya yakni – early diagnostic dan prompt treatment, merupakan pendekatan yang amat ampuh untuk mengendalikan penyakit menular (Achmadi, 2008). Upaya ini dikenal sangat efektif dalam mengendalikan malaria, dengan metode pencarian kasus secara pro-aktif oleh Juru Malaria Desa (JMD). Dalam program eliminasi malaria masa kini dikenal sebagai – kader malaria (Kusriastuti, 2010).

Cite

CITATION STYLE

APA

Umar Fahmi Achmadi, Primal Sudjana, Supratman Sukowati, Tri Miko Wahyono, Budi Haryanto, Sigit Mulyono, A. A. (2010). Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi, 2(1), 1–43.

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free