Pertunjukan wayang belum diakui menjadi media dan sumber pembelajaran. Pandangan terhadap pertunjukan wayang lebih sebagai hiburan daripada sebagai media pembelajaran. Kemunculan wayang “Potel” merupakan upaya untuk merevitalisasi eksistensi pewayangan sebagai media pembelajaran dan melestarikan tradisi kearifan lokal masyarakat Jawa Barat. Penelitian lapangan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi. Kesimpulan penelitian ini: (1) Transformasi kebudayaan wayang Potel merupakan representasi dari wayang konvensional ke wayang baru yang tidak hanya sebagai media hiburan, namun dapat menjadi sebagai media, materi, sumber, dan metode pembelajaran di lembaga pendidikan Islam, seperti masjid, mushala, pondok pesantren, dan madrasah; (2) Nilai-nilai psiko-religius yang terkandung dalam pertunjukan Wayang Potel secara ringkas tercakup dalam hubungan baik dengan Allah, hubungan baik antar manusia, dan hubungan baik dengan lingkungan; (3) Proses internalisasi psiko-religius diperoleh dari pesan yang terkandung dalam lakon maupun tokoh dalam wayang Potel melalui proses imitasi, identifikasi, dan internalisasi.Kata Kunci: Transformasi, Internalisasi, Nilai psiko-religius, Wayang potel
CITATION STYLE
Ibrohim, I., Nurhayati, E., & Gumiandari, S. (2022). Transformasi Kreasi Kebudayaan Wayang Potel Sebagai Media Internalisasi Nilai Psiko-Religius. Panggung, 32(3). https://doi.org/10.26742/panggung.v32i3.2203
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.